JAKARTA - Direktur Meteorologi Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Eko Prasetyo menyampaikan, baru 30 persen wilayah Indonesia yang telah masuk musim kemarau hingga awal Juli 2025. Menurutnya, kondisi itu dipengaruhi curah hujan yang masih di atas normal di wilayah Selatan Indonesia seperti Jawa, Bali, NTB dan NTT.
"Hal ini berarti sebagian besar wilayah masih berada dalam tahapan peralihan, ditandai dengan kondisi cuaca yang belum sepenuhnya stabil," kata Eko saat dikonfirmasi, Sabtu (5/7/2025).
Eko menambahkan, kondisi tersebut dipengaruhi oleh curah hujan yang masih tinggi (atas normal) pada periode April-Juni 2025, khususnya di wilayah selatan Indonesia seperti Jawa, Bali, NTB, dan NTT.
Dia menuturkan, musim penghujan diprediksi akan berlangsung hingga Oktober 2025. Selain itu, musim kemarau diprediksi lebih singkat dan tidak merata.
"BMKG juga memprakirakan bahwa anomali hujan akan terus berlangsung di sejumlah wilayah hingga Oktober 2025, sehingga musim kemarau tahun ini berpotensi berlangsung lebih singkat dan tidak merata kekeringannya di seluruh wilayah Indonesia," tuturnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, kemunduran awal musim kemarau tahun ini terutama disebabkan kondisi curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya, yang seharusnya merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Dwikorita menjelaskan, wilayah Sumatera dan Kalimantan justru telah mengalami beberapa dasarian berturut-turut dengan curah hujan yang lebih rendah dari normal, sehingga indikasi awal musim kemarau lebih cepat terlihat di wilayah tersebut dibanding wilayah selatan Indonesia.
Namun demikian, pada April hingga Mei 2025, beberapa wilayah di Indonesia bagian selatan memang mengalami kondisi curah hujan Atas Normal, termasuk Sumatera Selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Kalimantan, sebagian wilayah Sulawesi, dan Papua bagian selatan. Pola ini menunjukkan bahwa transisi musim kemarau tidak berlangsung seragam di seluruh Indonesia.