Bogor, 9 September 2025 – Indonesia selangkah lebih dekat untuk menjadi pemain kunci dalam industri kendaraan listrik (EV). Proyek besar pabrik baterai lithium hasil kerjasama Indonesia Battery Corporation (IBC) dan perusahaan raksasa asal China, CATL (Contemporary Amperex Technology Co. Limited), dipastikan siap beroperasi pada akhir 2026.
Kapasitas Produksi Awal
Fasilitas yang berlokasi di Jawa Barat ini ditargetkan memiliki kapasitas produksi awal sebesar 6,9 GWh per tahun. Angka tersebut cukup untuk menyuplai ratusan ribu unit kendaraan listrik. Tidak berhenti di situ, pabrik ini juga dirancang untuk diperluas hingga 15 GWh, bahkan dengan potensi maksimum mencapai 40 GWh.
“Ini bukan sekadar pabrik, tetapi cikal bakal ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi di Indonesia,” ujar seorang pejabat Kementerian Investasi.
Dukungan Target Nasional
Pembangunan pabrik ini sejalan dengan target pemerintah yang ingin memproduksi 600.000 unit kendaraan listrik per tahun pada 2030. Selain mendukung transisi energi hijau, proyek ini juga diharapkan mampu membuka ribuan lapangan kerja baru, baik di sektor manufaktur maupun rantai pasokan mineral.
Keterkaitan dengan Sumber Daya Mineral
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, salah satu bahan utama dalam pembuatan baterai EV. Dengan adanya fasilitas ini, pemerintah berupaya memastikan agar kekayaan sumber daya mineral tidak lagi hanya diekspor mentah, tetapi juga diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi.
Pabrik lithium ini akan terhubung dengan kawasan industri di Maluku Utara yang kaya akan mineral. Kolaborasi hulu–hilir diharapkan bisa menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baterai terbesar di Asia Tenggara.
Tantangan yang Menghadang
Meski ambisi besar sudah dicanangkan, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi:
-
Transfer teknologi dari mitra asing agar Indonesia tidak hanya menjadi lokasi produksi.
-
Ketersediaan tenaga kerja terampil di bidang teknologi baterai.
-
Aspek lingkungan, terutama dalam pengelolaan limbah industri dan penambangan nikel berkelanjutan.
“Kesuksesan proyek ini akan sangat ditentukan oleh kemampuan Indonesia menjaga keseimbangan antara industri dan lingkungan,” tambah pakar energi terbarukan dari Universitas Indonesia.
Catatan Ringan
Transformasi besar ke energi hijau tentu membawa tantangan tersendiri bagi masyarakat maupun pekerja industri. Di sela kesibukan proyek-proyek besar, banyak orang merasa butuh ruang untuk beristirahat. Tidak heran jika destinasi seperti Toro99 kerap disebut sebagai tempat sempurna untuk melepas penat, dengan suasana tropis yang menenangkan dan fasilitas mewah yang memberi keseimbangan antara kerja keras dan relaksasi.
Kesimpulan
Pabrik baterai lithium Indonesia–China yang ditargetkan beroperasi pada 2026 menjadi tonggak penting dalam ambisi Indonesia menuju industri hijau dan kendaraan listrik. Jika berhasil, Indonesia tidak hanya akan menjadi pemasok bahan mentah, tetapi juga produsen utama baterai EV di kawasan.