Toronews.blog
Pengesahan revisi UU TNI pada 20 Maret 2025 kemarin membuka kesempatan besar secara formal bagi militer untuk menduduki jabatan-jabatan strategis di ruang publik. Sebagaimana yang terjadi pada masa orde baru, hal ini dapat mengancam kebebasan masyarakat sipil karena pemerintahan akan cenderung dijalankan secara militeristik. Beberapa sineas sudah mengangkat tema-teman seperti ini ke dalam film, agar publik bisa belajar sejarah dan berpikir kritis melalui sinema.
Film dan drama yang mengangkat tema pemerintahan otoriter dengan haluan militeristik sering kali menggambarkan realita hidup di bawah kekuasaan yang mengekang. Dengan mendalami karakter-karakter yang berjuang untuk kebebasan dan keadilan, penonton diajak merenungkan nilai-nilai demokrasi yang sering kali diabaikan. Karya-karya seperti ini berfungsi sebagai pengingat bagi masyarakat bahwa kebebasan dan keadilan tidak hanya sebuah ide, tetapi merupakan hak yang harus diperjuangkan.
Dari film bersejarah hingga drama modern, tema pemerintahan otoriter militeristik selalu menyimpan pesan mendalam tentang arti perjuangan. Banyak film yang berfokus pada individu yang menghadapi penindasan, menawarkan perspektif yang kuat tentang ketidakadilan, serta menginspirasi penontonnya untuk semakin menghargai kebebasan yang dimiliki.
A Taxi Driver (2017)
menggambarkan perjuangan seorang jurnalis yang meliput protes pro-demokrasi di Gwangju pada tahun 1980, menyoroti dampak dari tindakan keberaniannya dalam mengungkap kebenaran.
Dokumentasi sejarah yang dihadirkan dalam film-film ini juga menjadi penting bagi generasi mendatang. Merekam perjuangan orang-orang yang menuntut hak asasi dan keadilan merupakan langkah krusial untuk memastikan bahwa pengalaman mereka tidak akan dilupakan.
A Man of Integrity (2017)
Film ini mengikuti kehidupan Reza, pria Iran yang terpaksa meninggalkan studinya karena aktivisme politik. Kemudian, ia memilih hidup tenang di pedesaan sebagai peternak ikan. Namun, kehidupan tenteramnya kembali diusik kala sejumlah oligarki (pengusaha yang punya relasi kuat dengan pemerintah) menginisiasi sebuah proyek dan mengganggu mata pencahariannya. Dibuat sutradara Mohammad Rasoulof yang cukup aktif mengkritisi pemerintah, film neorealisme ini beresonansi dengan rakyat jelata di mana saja, tak terbatas di Iran.
Sambizanga (1972)
Sambizanga adalah sebuah karya sinematik penting dari Angola. Judulnya diambil dari nama sebuah pemukiman yang dekat dengan penjara kolonial Portugis di negeri itu. Lakonnya seorang perempuan yang harus menyaksikan sendiri suaminya diambil paksa dari rumah karena dicurigai terlibat dengan kelompok pemberontak kemerdekaan Angola. Film kemudian mengikuti perjalanan sang lakon mencari keberadaan sang suami tanpa tahu kalau belahan jiwanya itu telah meninggal di tahanan.
Imagining Argentina (2003)
Bueno Aires pada pemerintahan Argentina dijalankan secara diktator kemiliteran, kurang lebih sebanyak 30.000 orang hilang di masa suram itu. Perang yang mencekam menimbulkan dampak besar pada kehidupan rakyat di Argentina. ‘Los desaparecidos’, demikian sebutan korban-korban orang hilang di masa itu. Beberapa di antaranya dipenjarakan, ada juga yang dikeluarkan untuk disiksa, dibunuh atau ditembak mati.
Adalah Carlos (Antonio Banderas) seorang sutradara teater anak yang beristrikan Cecilia (Emma Thompson), seorang wartawan yang sering menulis situasi politik dalam artikel-artikelnya. Pada suatu ketika Cecillia diculik dan dinyatakan hilang. Ketika Carlos menghadap polisi rahasia, sikap pemerintah menyangkal atas hilangnya Cecilia. Nekat menyelamatkan Cecillia, Carlos melacak jejak yang membawanya pada bahaya terutama setelah Carlos mendapat penglihatan dan hubungan dengan banyak orang-orang hilang melebihi persepsi normal.
Istirahatlah Kata-Kata (2016)
Perjalanan dari persembunyian Widji Tukul (Gunawan Maryanto) di awali dengan pembentukan PRD dan kerusuhan yang terjadi saat itu. Akibat dari hal tersebut, beberapa orang yang dianggap terlibat pun ditangkap dan menjadi buron. Di Solo, Wiji Thukul tinggal bersama istrinya Sipon (Marisaa Anita) dan kedua anaknya. Lalu, setelah menjadi buron pemerintah order baru, ia pindah ke Pontianak. Kurang lebih selama 8 bulan sang penyair tersebut hidup berpindah dari rumah ke rumah, dari daerah ke daerah.
I'm Still Here (2025)
Cerita I’m Still Here berlatar di Brasil tahun 1970-an. Film ini mengisahkan Eunice Paiva, seorang ibu dan aktivis saat menghadapi hilangnya suaminya, Rubens Paiva yaitu seorang politisi diculik dan menghilang tanpa jejak.
Setelah suaminya menghilang, Eunice harus berjuang melawan ketidakadilan dan mencari kebenaran di tengah tekanan politik yang menindas. I’m Still Here berhasil memenangkan beberapa penghargaan, salah satunya Best International Feature Film di Academy Award.
Bertahan di tengah ketidakpastian
Karakter-karakter dalam film tentang pemerintahan otoriter sering kali tergambar dengan sifat ketahanan yang kuat dalam menghadapi situasi sulit. Ketika dihadapkan pada pilihan antara keselamatan dan prinsip, perjuangan mereka menjadi sangat inspiratif. Penontonan film semacam ini memberikan pembelajaran tentang pentingnya bertahan dan berjuang untuk nilai-nilai yang diyakini, bahkan ketika situasi tampak tidak menguntungkan.
Kesempatan untuk melihat bagaimana karakter-karakter ini mengatasi kesulitan mereka bisa menginspirasi penonton untuk mengambil tindakan di dalam kehidupannya sendiri, mengingatkan bahwa perang melawan ketidakadilan, meskipun sulit, adalah suatu upaya yang wajib dilakukan.