JAKARTA, TORONEWS.BLOG - Ketua DPR Puan Maharani merespons soal legislator dari Fraksi PDIP di Komisi X DPR yang menolak penulisan ulang sejarah yang dilakukan Kementerian Kebudayaan. Puan berharap, proyek penulisan ulang sejarah itu menghormati dan menghargai pendapat lain.
"Jadi, saling menghormatilah terkait dengan hal itu. Ya, saling menghormati dan menghargai," ujar Puan saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Puan menekankan, penulisan sejarah harus dilakukan secara jelas tanpa ada yang ditutup-tutupi bahkan ada bagian yang dihilangkan.
"Kita harus sama-sama menghargai dan menghormati, bahwa penulisan sejarah itu harus dilaksanakan sejelas-jelasnya, seterang-terangnya, tanpa ada pihak yang merasa dirugikan atau dihilangkan jejak sejarahnya," ujar Puan.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi X DPR MY Esti Wijayati berkaca-kaca kala mendengar penjelasan Menteri Kebudayaan Fadli Zon perihal tragedi pemerkosaan massal tahun 1998. Fadli mengakui adanya pemerkosaan tetapi menurutnya pemerkosaan massal sulit dibuktikan.
Menurutnya, tragedi itu sulit diakui secara hukum tanpa adanya putusan atau hukuman pengadilan.
"Kita harus akui bahwa jelas itu ada perkosaan dan itu terus terjadi juga ya. Tetapi secara hukum kita sulit untuk mendapatkan misalnya pengadilannya," ujar Fadli dalam rapat di Komisi X DPR, Rabu (2/7/2025).
Dia mencontohkan tragedi penembakan Trisakti yang telah diakui secara hukum. Sementara untuk pemerkosaan massal 98 menurutnya perlu ada dokumentasi lebih lanjut.
Mendengar penjelasan Fadli, My Esti mengaku teriris hatinya. Menurutnya, penjelasan itu semakin memperlihatkan Fadli tak punya kepekaan terhadap korban pemerkosaan.
"Kenapa semakin sakit ya soal pemerkosaan, mungkin sebaiknya tidak perlu di forum ini Pak, karena saya pas kejadian itu juga ada di Jakarta sehingga saya tidak bisa pulang beberapa hari," kata My Esti dengan suara bergetar.
Terlihat My Esti mengusap air mata saat merespons Fadli Zon. Dia menilai, penjelasan itu memperlihatkan Fadli tak peka dan membuat luka korban semakin dalam.
"Ini semakin menunjukkan Pak Fadli Zon tidak punya kepekaan terhadap persoalan yang dihadapi korban perkosaan, sehingga menurut saya penjelasan Bapak yang sangat teori seperti ini dengan mengatakan Bapak juga aktivis pada saat itu, itu justru akan semakin membuat luka dalam," ujarnya.