TANGERANG, TORONEWS.BLOG – Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menjawab desakan untuk segera menjalankan Liga 1 Putri Indonesia. Ia menolak tekanan cepat untuk menghidupkan kembali kompetisi sepak bola kaum hawa di Tanah Air. Menurutnya, tata kelola dan persiapan talenta masih jauh dari kata matang setelah kompetisi tersebut vakum sejak 2019.
Desakan itu muncul usai Timnas Putri Indonesia kalah 0–2 dari Pakistan di matchday kedua Grup D Kualifikasi Piala Asia Wanita 2026 di Stadion Indomilk Arena, Tangerang, Rabu (2/7/2025). Kekalahan ini memicu kritik tajam serta dorongan publik agar liga putri segera diaktifkan kembali.
Merespons tekanan tersebut, Erick memberi penjelasan tegas. Ia menegaskan PSSI tidak ingin memaksakan pemulihan kompetisi yang belum siap, terutama karena kekurangan talenta pemain muda di level nasional.
“Tidak. Bahwa seperti yang kita ketahui, saya sudah menjawab. Kita bisa lihat teman-teman jumlah talentanya belum cukup. Mau dipaksakan juga tidak mungkin,” jelasnya Kamis (3/7/2025).
Lebih jauh, Erick menekankan membangun liga tanpa pondasi kuat hanya akan berujung pada kegagalan jangka pendek.
“Karena sepak bola perempuan mati suri cukup lama. Jadi kalau sekedar ayo Liga Putri terus dibangun satu tahun terus berhenti. Karena talentanya tidak ada,” tambahnya.
Erick juga menyatakan PSSI saat ini aktif mendorong pengembangan secara berjenjang, mulai dari grassroots dan tim nasional. Namun, proses tersebut membutuhkan waktu, ketimbang hanya memenuhi tuntutan cepat tanpa persiapan.
“Kami PSSI coba mendorong percepatan... Tapi itu pun masih resiko tinggi. Karena kami tidak mau begini,” paparnya.
Pernyataan tersebut menandai sikap PSSI yang mengedepankan kualitas dan kesinambungan dibanding sekadar respons cepat terhadap kritik publik. Erick menegaskan bahwa persiapan fisik, teknis, mental, dan organisasi harus berjalan selaras sebelum liga kembali digulirkan.
“L iganya jalan nanti mati lagi. Jadi saya dengan tekanan dihujat, Liga putri tidak jalan. Saya tidak berpikir tergesa-gesa. Karena saya sebagai Ketua PSSI punya tanggung jawab lebih besar. Membangun tim nasional, membangun grassroots. Baru Liganya ada,” tutup Erick.
Menurut pria yang juga menjabat Menteri BUMN ini, proses pematangan talenta adalah fondasi utama sebelum memutuskan jalannya liga. Dia memilih prioritas pengembangan pemain muda dan sistem pembinaan daripada memenuhi tuntutan cepat dari publik.
Kondisi saat ini memperlihatkan bahwa Liga Putri bukan sekadar soal kompetisi, tetapi juga soal keberlanjutan olahraga perempuan di Tanah Air. Erick pun mengajak semua pihak—pemain, pelatih, klub, dan masyarakat—untuk bersama-sama membangun sistem yang berkelanjutan agar kelak Liga Putri dapat berjalan dengan kualitas maksimal dan tanpa hambatan besar.