Apa Itu Tall Poppy Syndrome? Ini Definisi, Tanda-tanda, dan Cara Mengatasinya

03 Jul 2025 | Penulis: onenews

Apa Itu Tall Poppy Syndrome? Ini Definisi, Tanda-tanda, dan Cara Mengatasinya

Toronews.blog

Pernahkah Anda berada di lingkungan yang tidak senang ketika Anda bertumbuh dengan baik? Jika pernah, maka Anda sedang terjebak di lingkungan tall poppy syndrome. Lantas, apa itu tall poppy syndrome?

Tall poppy syndrome mengacu pada fenomena di mana individu yang mencapai prestasi tinggi sering kali dikritik atau direndahkan oleh orang lain.

Istilah ini berasal dari kisah Raja Tarquin yang Angkuh dari Roma kuno, yang memotong kepala poppy tertinggi di kebun untuk menunjukkan bahwa individu yang menonjol harus dihilangkan agar kesetaraan dapat tercapai.

Metafora ini mencerminkan sikap masyarakat yang cenderung membawa individu yang sukses kembali ke level yang sama dengan orang lain. Tujuannya yaitu untuk menjaga keseimbangan sosial.

Dalam banyak budaya, terutama yang menghargai kerendahan hati dan egalitarianisme, terlihat bahwa orang-orang yang menonjol seringkali menghadapi penolakan sosial.

Sikap seperti ini timbul dari ketakutan dan ketidakamanan individu yang merasa terancam oleh keberhasilan orang lain.

Konsekuensi sosial dari sindrom ini dapat menciptakan suasana di mana individu yang sukses enggan untuk menunjukkan apapun terkait prestasi mereka, demi menghindari kritik dan penolakan dari orang-orang di sekitar mereka.

Di lingkungan kerja, sindrom ini dapat menyebabkan individu yang berprestasi tinggi diabaikan.

Mereka sering tidak dilibatkan dalam diskusi penting atau promosi, karena manajer khawatir bahwa mempromosikan karyawan yang sangat produktif dapat mengganggu keseimbangan tim.

Dampaknya tentu tidak hanya merugikan individu, tetapi juga menghambat kemajuan organisasi secara keseluruhan, serta mengurangi motivasi dan produktivitas karyawan.

Tanda-tanda Mengalami Tall Poppy Syndrome

Kritikan terhadap Ambisi

Salah satu tanda paling jelas dari sindrom ini adalah kritik yang diterima individu yang dianggap "terlalu ambisius". Dalam budaya yang menjunjung rendah hati, orang yang mencolok sering dipandang negatif, dan kritik ini bisa bersifat destruktif.

Orang seringkali melihat individu yang berusaha keras mencapai impian sebagai ancaman terhadap keharmonisan grup, mendorong sikap untuk membawa individu tersebut "kembali ke tanah" melalui kritik.

Permusuhan di Tempat Kerja

Permusuhan di tempat kerja dapat menjadi indikator lain dari tall poppy syndrome. Mereka yang berhasil sering diabaikan dalam keputusan penting. Mereka juga harus menghadapi sikap dingin dari rekan-rekannya.

Perilaku ini tidak hanya merusak semangat individu, tetapi juga memengaruhi kinerja tim secara keseluruhan. Ketidakpuasan dan perasaan terasing dapat berkembang akibat tingginya tekanan sosial yang mengikutinya.

Ragu untuk Menyampaikan Prestasi

Individu yang mengalami sindrom ini sering merasa ragu untuk membagikan pencapaian mereka. Rasa takut akan kritik atau negatif mendominasi pola pikir mereka. Hal ini mendorong untuk tetap diam mengenai keberhasilan mereka.

Hal ini bisa sangat merugikan, karena mereka kehilangan peluang untuk diakui dan dihargai secara profesional, yang pada gilirannya dapat mengurangi motivasi dan keinginan untuk terus berprestasi.

Penyebab Tall Poppy Syndrome

Kecemburuan dan Ketidakamanan

Salah satu penyebab utama tall poppy syndrome adalah kecemburuan. Ketika seseorang sukses, orang lain yang merasa kurang berhasil akan merasa tidak aman dan cenderung merendahkan pencapaian tersebut.

Rasa tidak aman ini bukan hanya mengarah pada perilaku negatif, tetapi juga menciptakan lingkungan yang tidak mendukung bagi individu yang berprestasi.

Diskriminasi Gender dan Ras

Faktor lain yang memainkan peran penting dalam sindrom ini adalah diskriminasi gender dan ras. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan, terutama yang berhasil, sering mengalami perlakuan yang tidak adil di tempat kerja.

Riset terbaru mengungkapkan bahwa perempuan seringkali menerima lebih banyak kritik atau dukungan yang lebih sedikit dibandingkan rekan laki-laki mereka. Hal inilah yang menciptakan kesenjangan dalam pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi mereka.

Budaya Kompetitif di Lingkungan Kerja

Budaya kompetitif di tempat kerja dapat memperparah tall poppy syndrome. Dalam banyak organisasi, ada dorongan kuat untuk bersaing satu sama lain.

Ini dapat menciptakan atmosfer di mana individu merasa harus "memotong" orang lain untuk bersinar, yang pada gilirannya dapat memperburuk perilaku merendahkan terhadap mereka yang berhasil.

Ketika lingkungan ditandai oleh kompetisi ketat, dukungan untuk satu sama lain cenderung berkurang sehingga memungkinkan sindrom ini berkembang.

Cara Mengatasi Tall Poppy Syndrome

Mencari Lingkungan yang Mendukung

Satu cara untuk mengatasi sindrom ini adalah dengan mencari lingkungan yang mendukung. Individu harus berusaha untuk dikelilingi oleh orang-orang yang merayakan kesuksesan daripada merendahkan pencapaian.

Lingkungan yang positif dapat memberikan dorongan moral dan membantu individu untuk merasa dihargai atas upaya dan hasil mereka. Tempat kerja yang menawarkan pengakuan dan penghargaan akan mendorong pertumbuhan pribadi dan profesional.

Mengembangkan Pola Pikir Positif

Mengubah pola pikir menjadi positif juga sangat penting. Individu harus mendorong diri mereka sendiri untuk melihat kesuksesan orang lain sebagai sumber inspirasi, alih-alih menganggapnya sebagai ancaman.

Dengan membangun sikap ini, mereka dapat mengurangi rasa iri dan menggantinya dengan rasa hormat dan dukungan. Menyadari bahwa keberhasilan orang lain tidak mengurangi nilai diri sendiri adalah langkah kunci untuk mengatasi tall poppy syndrome

Membantu Diri Sendiri dengan Terapi

Menghadapi tall poppy syndrome juga dapat dilakukan melalui terapi. Profesional kesehatan mental dapat memberikan ruang untuk individu mengeksplorasi perasaan mereka dan mendapatkan strategi untuk menghadapi kritik dan penolakan.

Terapi dapat memberikan dukungan yang diperlukan untuk memperbaiki kesehatan mental dan membantu individu membangun kepercayaan diri, serta menghadapi tantangan di sekitar mereka dengan lebih baik.

 

Komentar