Penetrasi Kendaraan Listrik Belum Maksimal, Ini Tantangan Perkembangan EV di Indonesia

02 Jul 2025 | Penulis: pacmannews

Penetrasi Kendaraan Listrik Belum Maksimal, Ini Tantangan Perkembangan EV di Indonesia

JAKARTA, TORONEWS.BLOG - Perusahaan riset teknologi asal Indonesia, Populix mengungkapkan tantangan perkembangan kendaraan listrik (Electric vehicle/EV) di Indonesia. Meski pemerintah terus menggenjot penjualan EV, namun belum berkembang maksimal.

Menurut Associate Head of Research for Automotive Populix, Susan Adi Putra, Indonesia kini telah masuk dalam kategori Emerging EV Market. Sejak diperkenalkan pada 2010-an, pertumbuhan EV di Indonesia menunjukkan akselerasi signifikan dibandingkan negara berkembang lainnya.

Namun, adopsi kendaraan listrik di tanah air masih dihadapkan pada berbagai tantangan yang menghambat pertumbuhan. Hasil riset Populix menunjukkan kendala utama adopsi EV adalah terbatasnya bengkel yang mampu menangani perawatan dan perbaikan kendaraan listrik. 

"Masalah ini menjadi krusial karena berdampak langsung pada kenyamanan dan rasa aman konsumen," ujarnya, dalam Outlook Discussion: Mengupas Dinamika EV di Indonesia, Tanggapan Konsumen dan Insight Pasar yang digelar Forwot dan Populix di Jakarta, Rabu (2/7/2025).

Tantangan kedua, berkaitan dengan minimnya ketersediaan SPKLU. Data Populix mencatat 63 persen pengguna kendaraan listrik roda empat mengandalkan SPKLU. Stasiun charging dipilih karena menawarkan kecepatan pengisian lebih tinggi dibanding pengisian daya di rumah. Ketiga, belum adanya Standarisasi Baterai Nasional. Keempat, regulasi keamanan baterai masih lemah

Meski SNI 8872 terkait keamanan baterai sudah hadir sejak 2019, regulasi ini belum diwajibkan pemerintah. Padahal, keamanan baterai berkaitan langsung dengan keselamatan pengguna kendaraan listrik.

Susan berharap diskusi ini dapat mendorong sinergi antara pelaku industri, pembuat kebijakan, dan masyarakat untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik. Melalui regulasi dan infrastruktur yang tepat, Indonesia dapat mempercepat transisi dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan ramah lingkungan.

Menangapi tantangan infrastruktur kendaraan listrik, Head of CEO Office ALVA, William Kusuma mengatakan, perusahaan telah menjalin kerja sama dengan bengkel-bengkel di sekitar dealer. Setiap dealer ALVA kini didukung setidaknya empat bengkel. Hingga pertengahan 2025, tercatat ada 46 bengkel di seluruh Indonesia yang siap melayani kendaraan listrik.

Profesor Evvy Kartini, peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sekaligus pendiri National Battery Research Institute (NBRI), menyoroti pentingnya penguasaan teknologi baterai untuk mendukung elektrifikasi kendaraan. Terlebih Indonesia memiliki sumber bahan baterai nikel yang melimpah.

“Baterai adalah teknologi inti dalam transisi energi global. Indonesia memiliki potensi besar menjadi pemain utama karena cadangan nikel kita adalah yang terbesar di dunia,” kata Profesor Evvy.

Dia mengungkapkan nikel dan kobalt menjadi bahan utama baterai litium-ion untuk mendukung pengembangan industri EV di dalam negeri. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia (22 persen) dan produsen nikel nomor satu dunia (36 persen), cadangan timah nomor dua dunia (17 persen) dan produksi timah nomor dua (23 persen).

“Kita harus mendorong hilirisasi, dari bahan mentah hingga sel baterai dan daur ulang, agar memberi nilai tambah maksimal dan memperkuat kemandirian nasional. Ini menjadi langkah tepat Indonesia mengembangkan kendaraan listrik,” ujarnya.


Komentar