TEHERAN, TORONEWS.BLOG – Iran menegaskan tidak akan menghentikan program nuklirnya meski mendapat tekanan dan ancaman serangan militer dari Amerika Serikat (AS). Pemerintah Iran menyebut program tersebut sebagai kebanggaan nasional dan simbol ketahanan bangsa di tengah ancaman asing.
Sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengancam akan menyerang Iran kembali jika melanjutkan program nuklirnya.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi mengatakan negaranya siap kembali berunding soal nuklir dengan Amerika Serikat, namun dengan syarat yang tegas, Washington harus memberikan jaminan penuh tidak akan melakukan serangan militer selama proses perundingan berlangsung.
"Saya kira perundingan tidak akan dimulai kembali secepat itu. Agar bisa memutuskan untuk terlibat kembali, pertama-tama kami harus memastikan Amerika tidak kembali menargetkan kami dalam serangan militer," ujar Araghchi dalam wawancara dengan stasiun televisi AS, CBS News, seperti dikutip Rabu (2/7/2025).
Pernyataan ini muncul setelah militer AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni 2025, ketika putaran keenam perundingan nuklir yang dijadwalkan pada 15 Juni gagal terlaksana akibat serangan Israel.
Meski membuka peluang diplomasi, Iran menolak menghentikan pengayaan uranium. Araghchi menegaskan bahwa program nuklir Iran adalah hasil kerja keras para ilmuwan dalam negeri dan mencerminkan kemuliaan bangsa.
"Ini bukan sekadar program teknologi. Ini adalah simbol harga diri dan perjuangan kami. Kami tidak akan menyerah, bahkan di bawah tekanan atau serangan," ujarnya.
Sementara itu, Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Utusan Khusus Presiden Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, telah membuka saluran komunikasi dengan pihak Iran. Namun pembicaraan itu disebut masih sangat awal dan belum menjanjikan kemajuan nyata.
Iran juga menyinggung serangan militer Israel yang berlangsung antara 13 hingga 24 Juni lalu. Kementerian Kesehatan Iran mencatat sedikitnya 935 orang tewas dan lebih dari 5.300 lainnya luka-luka akibat serangan yang disebut didukung oleh AS. Sebagai balasan, serangan Iran ke wilayah Israel menewaskan 29 orang dan melukai lebih dari 3.400, menurut data Universitas Ibrani Yerusalem.
Dengan situasi yang terus memanas, masa depan perundingan nuklir Iran-AS kini berada di persimpangan. Iran menegaskan bahwa jalan menuju diplomasi tetap terbuka, namun hanya jika kedaulatan dan keamanannya benar-benar dihormati.