TEHERAN, TORONEWS.BLOG - Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi meminta jaminan dari Amerika Serikat (AS) tidak menyerang negaranya sebagai syarat dimulainya lagi perundingan nuklir kedua negara.
Militer AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni, padahal kedua negara sedang berunding. Perundingan sudah berlangsung lima putaran. Namun putaran keenam yang seharusnya digelar pada 15 Juni dibatalkan karena serangan Israel.
Araghchi menuntut jaminan penuh tidak adanya serangan AS lebih lanjut.
"Saya kira perundingan tidak akan dimulai kembali secepat itu. Agar bisa memutuskan untuk terlibat kembali, pertama-tama kami harus memastikan Amerika tidak kembali menargetkan kami dalam serangan militer selama perundingan," kata Araghchi, kepada stasiun televisi AS, CBS News, dikutip Rabu (2/7/2025).
Gedung Putih pada Senin (30/6/2025) mengonfirmasi berlangsungnya dialog antara Utusan Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dengan pejabat Iran.
Namun Araghchi menegaskan, Iran tidak akan begitu saja menghentikan pengayaan uraniumnya. Menurut dia, program nuklir Iran soal kebanggaan dan kemuliaan bangsa, hasil kerja keras para ilmuwan yang harus dihargai.
"Kami menunjukkan dan membuktikan selama perang yang dipaksakan selama 12 hari bahwa kami memiliki kemampuan membela diri, dan kami akan terus melakukannya jika ada agresi yang dilancarkan terhadap kami," kata Araghchi.
Serangan Israel, yang dibantu AS, pada 13 hingga 24 Juni ke Iran menewaskan sedikitnya 935 orang, demikian data terbaru dari Kementerian Kesehatan Iran. Selain itu 5.332 orang lainnya luka.
Sementara itu serangan balasan Iran ke Israel menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai lebih dari 3.400 lainnya, demikian data Universitas Ibrani Yerusalem.