JAKARTA, TORONEWS.BLOG - Sejarah Hari Bhayangkara merupakan tonggak penting yang menandai perjalanan panjang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dalam melindungi dan melayani masyarakat. Hari ini, 1 Juli 2025, bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Bhayangkara sebagai bentuk penghormatan atas peran vital Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban di tanah air.
Peringatan ini selalu diperingati setiap tanggal 1 Juli dan menjadi momentum untuk mengenang jasa serta pengabdian para anggota Polri.
Perayaan Hari Bhayangkara ke-79 tahun 2025 mengusung tema “Polri untuk Masyarakat”, yang menegaskan komitmen Polri untuk selalu hadir dan mengayomi seluruh lapisan masyarakat.
Puncak acara peringatan diselenggarakan secara megah di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, pada hari Selasa, 1 Juli 2025. Upacara resmi akan dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, sebagai Inspektur Upacara. Selain prosesi utama, acara akan dimeriahkan dengan parade pasukan dalam jumlah besar, pertunjukan baris-berbaris, serta pameran kendaraan taktis dan perlengkapan modern milik Polri.
Berbagai hiburan dan bazar UMKM juga turut meramaikan sebagai bentuk kebersamaan Polri dengan masyarakat. Di berbagai daerah, rangkaian kegiatan seperti Pemuliaan Nilai-Nilai Luhur Tribrata, doa bersama, dan dzikir juga digelar sebagai refleksi dan penguatan nilai-nilai profesionalisme Polri.
Sejarah Hari Bhayangkara
Asal-Usul Nama Bhayangkara
Istilah "Bhayangkara" berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti pasukan tangguh atau kuat. Nama ini merujuk pada pasukan elite Kerajaan Majapahit yang dibentuk oleh Patih Gajah Mada.
Pasukan Bhayangkara bertugas menjaga keselamatan raja serta keamanan kerajaan secara khusus. Kehadiran pasukan ini menjadi cikal bakal identitas kepolisian di Indonesia, yang kemudian diadopsi sebagai nama resmi institusi kepolisian nasional.
Masa Kolonial Belanda dan Pembentukan Kepolisian Modern
Pada masa penjajahan Belanda, sistem keamanan mulai mengalami modernisasi. Pada tahun 1867, sejumlah warga Eropa di Semarang merekrut 78 orang pribumi untuk membentuk pasukan pengaman yang bertugas menjaga aset dan keamanan mereka.
Kepolisian Hindia Belanda mulai dibentuk secara administratif antara tahun 1897 hingga 1920, yang menjadi cikal bakal Kepolisian Negara Republik Indonesia saat ini.
Namun, pada masa itu terdapat pembatasan jabatan bagi pribumi yang hanya diperbolehkan menduduki posisi mantri polisi atau asisten wedana.
Berbagai jenis kepolisian seperti veld politie (polisi lapangan), stands politie (polisi kota), dan bestuurs politie (polisi pamong praja) juga ada pada masa kolonial tersebut.
Peran Kepolisian Saat Pendudukan Jepang
Saat pendudukan Jepang, struktur kepolisian di Indonesia mengalami perubahan signifikan. Wilayah kepolisian dibagi menjadi beberapa bagian, seperti Kepolisian Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta, Kepolisian Sumatera di Bukittinggi, Kepolisian wilayah Indonesia Timur di Makassar, dan Kepolisian Kalimantan di Banjarmasin.
Meskipun Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, polisi tetap bertugas, termasuk saat proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Pembentukan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Setelah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 19 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) membentuk Badan Kepolisian Negara (BKN). Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo sebagai Kepala Kepolisian Negara.
Pada awalnya, kepolisian berada di bawah Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung jawab hanya pada administrasi, sementara urusan operasional berada di bawah Jaksa Agung.
Kemudian, pada tanggal 1 Juli 1946, melalui Penetapan Pemerintah No. 11 Tahun 1946, Djawatan Kepolisian Negara mulai bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri. Tanggal inilah yang dijadikan sebagai Hari Bhayangkara, menandai kelahiran institusi kepolisian nasional yang berdiri sebagai satu kesatuan yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan tertinggi negara.
Makna dan Perayaan Hari Bhayangkara
Hari Bhayangkara bukan sekadar peringatan tahunan, melainkan momentum untuk mengenang jasa para anggota kepolisian yang telah berjuang dan berkorban demi keamanan bangsa.
Makna Hari Bhayangkara adalah agar seluruh anggota Polri menyadari perjalanan sejarah institusi ini, menghargai pengorbanan para pendahulu, dan terus meningkatkan dedikasi dalam melayani masyarakat.
Peringatan Hari Bhayangkara biasanya dilakukan dengan upacara resmi di seluruh kantor polisi di Indonesia, diiringi dengan pidato dan kegiatan yang memperkuat rasa persatuan dan kesatuan Polri. Tema peringatan pun berubah setiap tahun menyesuaikan dengan dinamika dan tantangan yang dihadapi Polri.
Peran Polri Saat Ini dan Tantangan Masa Depan
Seiring perkembangan zaman, Polri terus bertransformasi menjadi institusi yang modern dan profesional. Melalui berbagai program dan aplikasi seperti Aplikasi Presisi Polri, layanan pengaduan masyarakat, dan sistem rekrutmen terbuka, Polri berupaya semakin dekat dengan masyarakat dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Sebagai penjaga keamanan dan ketertiban, Polri menghadapi tantangan yang semakin kompleks, mulai dari kejahatan konvensional hingga ancaman siber dan terorisme. Oleh karena itu, Hari Bhayangkara menjadi momentum refleksi sekaligus penyemangat bagi seluruh anggota Polri untuk terus berinovasi dan beradaptasi demi menjaga keutuhan dan keamanan negara.
Sejarah Hari Bhayangkara adalah cermin perjalanan panjang dan penuh makna dari Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dari pasukan pengaman kerajaan Majapahit hingga institusi modern yang profesional, Polri terus berkomitmen menjaga keamanan dan melayani masyarakat. Peringatan Hari Bhayangkara setiap tanggal 1 Juli menjadi pengingat penting akan dedikasi dan pengorbanan para Bhayangkara dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara.