JAKARTA, TORONEWS.BLOG - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada akhir perdagangan, Selasa (1/7/2025). Mata uang garuda naik 38,50 poin atau sekitar 0,24 persen ke level Rp16.199 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menuturkan, salah satu sentimen yang mempengaruhi adalah pembicaraan Senat Amerika Serikat (AS) meloloskan secara prosedural RUU hingga negosiasi dagang AS dengan negara mitra lainnya.
"Trump pada hari Senin mengecam Jepang dan mengisyaratkan kemungkinan mengakhiri pembicaraan perdagangan dengan Tokyo. Presiden AS mengkritik praktik impor beras Jepang," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (1/7).
Secara terpisah, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memperingatkan negara-negara dapat dikenai tarif tinggi meskipun negosiasi perdagangan sedang berlangsung. Negara-negara seperti Jepang dan India akan menghadapi tarif tambahan masing-masing lebih dari 20 persen.
Selain itu, fokus pasar hari ini terkait Pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh ECB. Pasar akan menganalisis dengan saksama untuk mendapatkan petunjuk tentang kapan Fed akan mulai memangkas suku bunga.
Dari sentimen domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia mencapai surplus 4,3 miliar dolar AS per Mei 2025. Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Indonesia mencatatkan ekspor senilai 24,61 miliar dolar AS atau naik 9,68 persen (year on year/YoY). Adapun, nilai impor mencapai 20,31 miliar dolar AS atau naik 4,14 persen YoY. Alhasil Indonesia mencatatkan surplus neraca dagang 4,3 miliar dolar AS.
Pada Mei 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar 4,3 miliar dolar AS dan neraca perdagangan indonesia telah mencatat surplus selama 61 bulan berturut turut sejak Mei 2020.
Surplus pada Mei 2025 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non-migas yaitu sebesar 5,83 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewani/nabati (HS15), bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72).
Sebelumnya, data Manufaktur Indonesia kembali mengalami kontraksi. Hal ini tercermin dalam laporan S&P Global Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia turun ke level 46,9 pada Juni 2025 dari bulan sebelumnya 47,4. Angka dan terendah kedua sejak Agustus 2021 yang menunjukkan penurunan sektor produksi.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.130-Rp16.190 per dolar AS.