Toronews.blog
Sri Mulyani Indrawati resmi dilantik menjadi Menteri Keuangan (Menkeu) dalam Kabinet Merah Putih oleh Prabowo Subianto pada Senin (21/10/2024).
Bagi seluruh masyarakat Indonesia, nama Sri Mulyani bukanlah nama yang asing. Ia telah menjadi Menkeu sejak pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kembali dilantiknya Sri Mulyani sebagai Menkeu oleh Prabowo membuat dirinya jadi menteri yang ditunjuk tiga presiden berturut-turut, yakni oleh SBY, Jokowi, dan kini Prabowo.
Menjadi Menkeu untuk tiga presiden yang berbeda secara berturut-turut, Sri Mulyani pemangku kebijakan fiskal dalam berbagai situasi ekonomi Indonesia, termasuk resesi akibat Pandemi Covid-19.
Berikut ulasan tentang sepak terjang Sri Mulyani yang dipercaya tiga presiden berbeda untuk jadi Menkeu.
Profil singkat Sri Mulyani
Sri Mulyani lahir di Bandar Lampung pada 26 Agustus 1962. Kendati lahir di Lampung, ia menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA Negeri 3 Semarang.
Setelah SMA, Sri Mulyani menetapkan hati untuk mempelajari ilmu ekonomi di Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia (UI) dan meraih gelar Sarjana Ekonomi pada 1986.
Kemudian dia melanjutkan pendidikan pascasarjana dan meraih gelar Master of Science (M.Sc) di bidang Ekonomi Kebijakan di University of Illinois Urbana-Champaign, Amerika Serikat.
Tak berhenti ambisius dalam pendidikan, dia pun melanjutkan pendidikan doktor di universitas yang sama dan mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1992.
Kendati kini dikenal secara luas sebagai menteri, karier Sri Mulyani dimulai dari lingkup akademisi, yakni sebagai pengajar dan peneliti.
Pada tahun 1985-1986 dia pernah menjadi asisten pengajar Fakultas Ekonomi UI. Kemudian, saat sedang mengenyam pendidikan di AS pada tahun 1990-1992 dia pun dipercayai untuk menjadi asisten profesor.
Sejak tahun 1998, Sri Mulyani aktif menjadi pengamat ekonomi di saat sedang menjabat sebagai Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI.
Sedangkan karier di pemerintahan dimulai Sri Mulyani pada 1994 hingga 1995 sebagai Staf Ahli Bidang Analisis Kebijaksanaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Kemudian di tahun 1998 dia bergabung sebagai anggota Tim Asistensi Menteri Keuangan Bidang Keuangan dan Moneter, Departemen Keuangan RI.
Namanya mulai melambung saat Sri Mulyani terpilih sebagai Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) mewakili 12 negara di Asia Tenggara pada tahun 2002.
Pada saat SBY masih memimpin Indonesia, tepatnya tahun 2004, Sri Mulyani dipercayai menjabat posisi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
Baru menjabat satu tahun, Sri Mulyani diberi amanat untuk menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar yang di-reshuffle. Dia pun bertahan dengan jabatan itu hingga Mei 2010.
Segudang prestasi dicetak Sri Mulyani selama menjabat Menteri Keuangan, seperti reformasi Kementerian Keuangan, menurunkan biaya pinjaman, hingga pengelolaan utang.
Hal tersebut membuat dia menerima anugerah Menteri Keuangan terbaik pada 2006 yang dianugerahkan oleh Euromoney dan Emerging Markets Forum untuk lingkup Asia.
Pada tahun 2008 pun dia terpilih menjadi salah satu wanita berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes serta wanita berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia pada bulan Oktober 2007.
Dengan segala prestasinya itu dia pun diberi amanat baru oleh SBY untuk menjadi Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menggantikan Boediono yang didapuk menjadi Gubernur Bank Indonesia (BI).
Setelah mengakhiri jabatannya sebagai menteri di masa SBY, Sri Mulyani kembali ke kancah internasional untuk menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia dan menjadikannya orang Indonesia pertama yang memegang posisi tersebut.
Namun, pada tahun ketiga masa kepemimpinan Jokowi, Sri Mulyani kembali diberi amanat untuk menjadi Menteri Keuangan.
Pada masa Jokowi pun Sri Mulyani menunjukkan taringnya dengan mendapat banyak pernghargaan, seperti “Best Minister in the World” pada Februari 2018 di Dubai dan “Finance Minister of the Year – East Asia Pacific” dari Global Markets pada Oktober 2018.
Bahkan, dia juga dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik di Asia Pasifik oleh majalah FinanceAsia dari tahun 2017 hingga tahun 2019.
Sebelum menjabat kembali sebagai Menteri Keuangan di periode kedua pemerintahan Jokowi, Sri Mulyani terpilih menjadi Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia pada periode 2019-2023.
Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020, Sri Mulyani kemudian menerbitkan sejumlah kebijakan fiskal untuk menangani dampak ekonomi pandemi.
Kebijakan fiskal tersebut dinilai efektif. Sri Mulyani dianggap berhasil melakukan pengelolaan anggaran negara pada masa pandemi.
Dia mampu menciptakan akselerasi konsolidasi fiskal, ketika defisit APBN berhasil ditekan kembali ke bawah 3 persen dalam kurun waktu dua tahun—yang sebelumnya sempat menyentuh angka 6 persen pada tahun pertama pandemi menyerang.
Atas sejumlah kebijakan yang ia lakukan tersebut, Global Markets menobatkan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan Terbaik di Asia Pasifik atas penanganan pandemi COVID-19.
Tahun 2021 dia terpilih menjadi Co-chair Coalition of Finance Minister for Climate Action dan dianugerahi penghargaan Distinguished Leadership and Service Award.
Lalu, tahun kemarin dia mendapat gelar Honoris Causa dari Australia National University disinyalir kontribusinya dalam mewujudkan pembangunan ekonomi nasional dan internasional.
Kini, ketika Prabowo Subianto menjadi Presiden RI ke-8, Sri Mulyani kembali diberi jabatan sebagai Menteri Keuangan untuk masa jabatan 2024-2029.