Profil Satryo Soemantri Brodjonegoro, Akademisi yang Jadi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

01 Jul 2025 | Penulis: onenews

Profil Satryo Soemantri Brodjonegoro, Akademisi yang Jadi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

Toronews.blog

Presiden Prabowo Subianto menunjuk Satryo Soemantri Brodjonegoro menjadi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Ia akan membantu Kabinet Merah Putih selama periode 2024-2029. Berikut profil Soemantri Brodjonegoro, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Prabowo Subianto telah mengumumkan nama-nama menteri dan wakil menteri yang akan membantunya selama lima tahun ke depan. Pengumuman disampaikan setelah Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dilantik pada Minggu (20/10/2024).

Sebelumnya, nama-nama tersebut telah lebih dulu dipanggil ke kediamannya di Jalan Kertanegara, Jakarta pada 14-15 Oktober 2024. Setelah itu, mereka mengikuti pembekalan di Hambalang pada 16-17 Oktober 2024.

Salah satu nama yang disebutkan Prabowo yaitu Satryo Soemantri Brodjonegoro. Ia didapuk menjadi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi periode 2024-2029. Namanya sudah tidak asing lagi didengar di dunia riset dan kependidikan. Bahkan, ia pernah menjadi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi selama 1999-2007.

Lantas, siapakah dia? Berikut profil Soemantri Brodjonegoro, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi periode 2024-2029.

Profil Soemantri Brodjonegoro

Satryo Soemantri Brodjonegoro lahir pada 5 Januari 1956 di Delft, Belanda. Ia adalah anak dari Soemantri Brodjonegoro, salah satu penerima beasiswa teknik pertama di luar negeri pasca Indonesia merdeka.

Satryo memiliki dua saudara yaitu Irsan Soemantri yang menjadi dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB). Kemudian ada Bambang Brodjonegoro yang sempat menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Indonesia, Menteri Keuangan, Menteri Riset dan Teknologi, serta Menteri Perencanaan/Kepala Bappenas.

Ia menyelesaikan pendidikan teknik mesin dan merah gelar Ph.D dari University of California, Berkeley, USA pada 1985. Setelah itu, Satryo bergabung di ITB. Bahkan, Satryo pernah didapuk menjadi Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB pada 1992. Kala itu, ia mengawali implementasi proses self evaluation di jurusannya. 

 

Ia bergabung dalam keanggotaan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) sejak 2008. Ia menjadi keanggotaan Komisi Ilmu Rekayasa dan Kepakaran Mechanical Engineering. Bahkan, Satryo juga menjabat sebagai Wakil Ketua AIPI pada 2013-2018.

Satryo mulai reformasi pendidikan tinggi untuk meningkatkan mutu mahasiswa agar mampu berdaya saing. Proses ini kemudian diadopsi oleh ITB dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional kala itu. 

Pembaharuan itu dimulai pada Desember 2000 ketika institusi pendidikan tinggi yang besar diubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Pasca Presiden Prabowo dinyatakan terpilih dalam Pilpres, Satryo acapkali bertemu dengannya. Dalam pertemuan tersebut, Satryo mengatakan pentingnya memupuk kemampuan riset dasar (basic research). Selama ini, riset selalu mengalami persoalan karena anggarannya dianggap membebani APBN.

“Untuk bisa meyakinkan parlemen, birokrasi bahwa riset itu penting, kemudian harus di-backup dengan ekosistem yang memadai. Jadi memang yang perlu ada orang yang dipercaya oleh Pak Prabowo. Pak Prabowo juga mau buat diskresi,” ujar Satryo, dikutip dari CNNIndonesia.

Menurut Satryo, riset yang dikelola kementerian atau lembaga terkait, hasilnya masih jauh dari harapan. Oleh karena itu, perlu upaya membangun riset dasar yang hasilnya diperkirakan baru bisa diperoleh setelah 10 tahun. Inilah yang membuat penyediaan anggaran dari Kementerian Keuangan cukup alot.

“Mengenai riset dasar ini, perintah pada Menteri Keuangan, sediakan dana untuk riset dasar sekian. Nggak cuma jumlah uangnya, tapi juga mekanismenya,” pungkas Satryo.


Komentar