Toronews.blog
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono kembali dipercaya menjadi menteri dalam Kabinet Merah Putih oleh Prabowo. Ia jadi satu dari 14 menteri era Jokowi yang dipertahan Prabowo dalam kabinetnya.
Ketika era kepemimpinan Joko Widodo, Sakti Wahyu Trenggono adalah Menteri KKP Kabinet Indonesia Maju yang ditunjuk Jokowi untuk menggantikan Edhy Prabowo yang terjerat korupsi ekspor benih lobster.
Oleh Jokowi, Sakti Wahyu Trenggono dilantik pada 23 Desember 2020 untuk mengisi sisa periode yang habis pada 2024. Kini, ia kembali ditunjuk Prabowo jadi Menteri KKP untuk masa jabatan 2024-2029.
Dalam waktu dua tahun menjabat Menteri KKP, Sakti Wahyu menginisiasi lima program Ekonomi Biru.
Kelima program tersebut meliputi perluasan kawasan konservasi laut penangkapan ikan terukur (PIT); pengembangan budidaya laut, pesisir, dan darat yang berkelanjutan; pengawasan dan pengendalian kawasan pesisir dan pulau kecil; serta pembersihan sampah plastik di laut melalui partisipasi nelayan.
Bagaimana rekam jejak Sakti Wahyu sehingga kembali dipercaya jadi Menteri KKP oleh Prabowo?
Profil Sakti Wahyu Trenggono
Sakti Wahyu Trenggono lahir di Semarang pada 3 November 1962, ia dikenal sebagai seorang politikus sekaligus pengusaha.
Sakti Wahyu Trenggono memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S-1) Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung, gelar akademis yang ia dapatkan pada 1986.
Institut Teknologi Bandung juga jadi kampus yang memberi Sakti Wahyu gelar magister di bidang Manajemen pada 2006.
Saat ini, diketahui Sakti Wahyu tengah menempuh pendidikan S-3 di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian di ITB.
Dunia birokrasi bukanlah hal baru bagi Sakti Wahyu, hal ini bisa dilihat dari kiprahnya yang sempat menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan pada 2019–2020 mendampingi Prabowo yang saat itu menjadi Menteri Pertahanan.
Jauh sebelum kariernya di pemerintahan dimulai, Sakti Wahyu Trenggono terlebih dahulu memulai kariernya sebagai system analyst di Federal Motor (kini PT Astra Honda Motor) pada 1986–1988, kemudian menjadi manajer management information system (MIS) di sana pada 1988–1992.
Pada 1992, ia dipromosikan dan menjadi General Manager MIS and Business Development Federal Motor Astra Group.
Pada 1995, kariernya berubah ketika ia menjadi Direktur Perencanaan dan Pengembangan INKUD/Induk Koperasi Unit Desa.
Pada 2000-2009, Sakti Wahyu Trenggono juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Solusindo Kreasi Pratama-Indonesian Tower, perusahaan ini membawahi PT Tower Bersama Infrastruktur, penyedia infrastruktur menara telekomunikasi terbesar di Indonesia yang memiliki lebih dari 14.000 menara.Sakti Wahyu pernah menjadi Ketua Umum Asosiasi Pengembang Infrastruktur Menara Telekomunikasi pada tahun 2005-2016. Kemudian, Sakti Wahyu menjadi Komisaris Utama PT Teknologi Riset Global Investama pada tahun 2010-2016.
Selain memiliki perusahaan, ia juga pernah menjadi komisaris di perusahaan tambang emas Grup Saratoga, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) pada tahun 2018.
Seiring berjalannya waktu, ia mulai tertarik di dunia politik dan bergabung di Partai Amanat Nasional (PAN) di era kepemimpinan Hatta Rajasa periode 2009-2014. Hingga akhirnya memilih tidak aktif sejak 2013.
Di Pilpres 2019, ia tercatat sebagai salah satu tokoh dan tim pemenangan pasangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin.
Sebelum jadi tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf, Sakti Wahyu Trenggono memang sudah dikenal sebagai loyalis Jokowi. Ia sudah jadi pendukung ayah Gibran Rakabuming Raka tersebut sejak Jokowi jadi Wali Kota Solo, menjadi Gubernur Jakarta 2012, hingga akhirnya presiden.