Toronews.blog
Sosok Nezar Patria kembali menjadi topik perbincangan hangat setelah dinobatkan sebagai Wakil Menteri (Wamen) Komunikasi dan Informatika. Nezar Patria adalah nama yang tak asing di pemerintahan.
Daftar panjang kedekatannya dalam dunia jurnalistik dan pemerintahan telah membawa Nezar berada di dalam Kabinet Merah Putih.
Kiprahnya sebagai wartawan telah dibangun lama, bahkan Nezar aktif menjadi wartawan yang menyaksikan sendiri momentum pergerakan Indonesia dan terlibat langsung dalam gerakan reformasi.
Lalu, bagaimana sepak terjang Nezar Patria sebagai seorang jurnalis dan aktivis, serta bagian dari pemerintahan Presiden Prabowo ini? Berikut profilnya.
Profil Nezar Patria yang dilantik sebagai Wamen Kominfo
Putra Aceh kelahiran 5 Oktober 1970 ini merupakan putra dari pasangan Sjamsul Kahar, pemimpin umum media terbesar di Aceh, Harian Serambi Indonesia, yang merupakan bagian dari grup Media Kompas Gramedia.
Nezar mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada (UGM). Pengalaman jurnalisnya dibangun saat dia aktif menjadi anggota dari organisasi kemahasiswaan, Biro Pers Mahasiswa Fakultas Filsafat UGM, Jamaah Shalahuddin UGM, dan Kelompok studi Plaza Filsafat UGM.
Aktif bergabung dalam kelompok Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), Nezar menjabat posisi Sekretaris Jenderal. SMID sendiri merupakan organisasi kemahasiswaan yang berani maju melawan kekuatan Orde Baru saat tahun 1998.
Aktif dalam organisasi SMID, Nezar pun menjadi sasaran penculikan aktivis 1998 bersama ketiga temannya. Demi memberitahukan apa yang dia alami di bawah pemerintahan yang dia lawan, dia membagikan kisahnya dalam sebuah artikel “Di Kuil Penyiksaan Orde Baru” yang terbit di majalah Tempo dan juga novel yang ditulis Leila Chudori, yang berjudul “Laut Bercerita”.
Setelah mendapat gelar sarjananya, Nezar melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Dia mengambil Magister jurusan Sejarah Hubungan Internasional di London School of Economics and Political Science (LSE).
Dia juga meraih gelar MBA dari Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB tahun 2022, dan juga gelar Asean MBA di Graduate School of Business University Sains Malaysia di thaun yang sama. Dia juga mendapatkan gelar doktornya di jurusan Komunikasi Fisipol, Universitas Gadjah Mada.
Rekam jejaknya sebagai jurnalis dimulai saat dia bergabung dengan Majalah Berita Mingguan di Tempo pada tahun 1999-2008 sebagai wartawan. Selepasnya dari Tempo, Nezar pun mendirikan portal berita Viva.co.id pada tahun 2008 hingga tahun 2014 dan juga terpilih menjadi redaktur pelaksana.
Catatan panjang tentang prestasinya membuat dia didapuk menjadi Wakil Pemimpin Redaksi CNN Indonesia tahun 2014. Pada tahun 2015 dia bergabung dengan The Jakarta Post hingga 2020 sebagai pemimpin redaksi.
Selain kiprahnya di media massa, Nezar juga aktif dalam organisasi jurnalistik. Pada 2008 hingga 2011 dia menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan juga Anggota Dewan Pers, Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga tahun 2016 hingga 2019.
Mengabdi di bidang jurnalistik hingga BUMN
Dedikasinya terhadap dunia jurnalistik mendapatkan apresisasi dengan dianugerahkannya penghargaan Journalism for Tolerance Prize untuk liputannya terkait peristiwa kerusuhan Mei 1998 yang diterbitkan Majalah Tempo.
Pemberian penghargaan ini diselenggarakan oleh Internasional Federation of Journalist (IFJ) di Manila, Filipina.
Tak hanya fokus pada dunia jurnalistik, Nezar juga mendedikasikan dirinya untuk pemerintahan. Pada tahun 2022 dia menjabat sebagai Staf Khusus V di Menteri BUMN hingga 2023.
Menilik keberhasilannya dalam menjabat posisi Direktur Kelembagaan PT Pos Indonesia (Persero) pada 2020-2022 dan Komisaris Utama PT Dapensi Trio Usaha pada tahun 2021-2022, maka jabatan staf khusus itu diamanahkan pada Nezar.
Pada tahun 2023, Nezar akhirnya bergabung dalam kabinet Jokowi, menjadi Wakil Menteri Kominfo untuk mendampingi Menteri Kominfo pada saat itu, Arie Setiadi. Sehingga tak aneh jika dia kembali didapuk untuk menjadi Wamen Kominfo pada era Presiden Prabowo.