Toronews.blog
Netanyahu berada di ujung tanduk dengan bocornya dokumen rahasia dari kantornya. Israel dalam bahaya dengan bocornya dokumen tersebut karena dokumen tersebut menjabarkan segala informasi intelijen rahasia milik Israel.
Kebocoran dokumen rahasia terkait serangan di Gaza menyeret nama Ajudan Perdana Menteri Israel. Hal tersebut jelas mengguncang politik Israel serta menyulut kemarahan keluarga sandera Hamas. Mereka telah lama mendesak agar diciptakannya kesepakatan agar anggota keluarga mereka yang disandera dapat dibebaskan.
Netanyahu sendiri membantah tuduhan bahwa kebocoran tersebut terjadi karena kesalahan stafnya. Dia sendiri mengaku baru mengetahui kebocoran tersebut dari media pada Sabtu (3/11/2024).
Belum ada detail informasi yang bocor
Detail informasi yang bocor belum dapat diungkapkan secara lengkap karena masih dibatasi pembahasannya. Pengadilan menyatakan bahwa dugaan kebocoran tersebut dapat menempatkan keamanan Israel dalam bahaya, serta adanya dugaan terganggunya upaya Israel dalam membebaskan para sandera.
"Informasi intelijen yang bersifat rahasia dan sensitif diambil secara ilegal dari sistem IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dan bocor keluar," terang putusan Pengadilan Magistrat Rishon Le-Zion pada Minggu (3/11).
Meski Netayahu membantah tuduhan bahwa kebocoran ini hasil dari kelalaian pegawainya, empat tersangkat telah ditetapkan oleh pengadilan. Sayangnya sampai sekarang keempatnya belum dapat dimintai komentar. Serta diketahui identitas salah satu tersangkanya adalah juru bicara yang ada di lingkaran Netanyahu dan tiga lainnya adalah anggota lembaga keamanan.
Dilansir dari surat kabar Israel Haaretz, dokumen yang bocor tersebut telah dipublikasikan lama sebelum sampai ke telinga Perdana Menteri Israel tersebut, yakni 6 September di Surat Kabar Bild Jerman. Artikel tersebut membeberkan strategi negosiasi Hamas.
Meski belum diketahui secara lengkap, artikel eksklusif tersebut membeberkan bagaimana proses negosiasi Israel dengan Hamas. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir sedang melakukan mediasi terkait gencatan senjata antara Israel dan Hamas, serta membahas pembebasan sandera yang ditahan di Gaza.
Sayangnya, proses negosiasi terhenti karena baik Israel dan Hamas saling melempar tudingan jika mereka adalah penyebab kegagalan negosiasi ini. Artikel itu pun menyebarluaskan tuduhan Netanyahu terhadap Hamas terkait hal tersebut.
Artikel yang membocorkan dokumen rahasia Israel tersebut dipublikasikan beberapa hari setelah enam sandera Israel ditemukan telah dieksekusi di terowongan Hamas di Gaza Selatan. Pembunuhan itulah yang memicu protes besar dari Israel dan menyulut kemarahan keluarga sandera yang menuduh Netanyahu menghambat perundingan gencatan sejata demi kepentingan politik.
Sama seperti Haarets yang menjadi salah satu media yang mengajukan banding dengan menuntut agar pengadilan mencabut perintah pembungkaman terkait informasi tersebut, keluarga korban pun mendesak hal yang sama.