Diplomat tertinggi AS untuk Afrika pada hari Selasa menepis tuduhan praktik perdagangan AS yang tidak adil dan mengatakan bahwa penundaan pendanaan tidak akan menggagalkan proyek kereta api utama yang menghubungkan Angola, Zambia, dan Republik Demokratik Kongo.
Pejabat Uni Afrika pada hari Senin mempertanyakan bagaimana Afrika dapat memperdalam hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat di bawah apa yang mereka sebut proposal tarif yang "menyesatkan" dan pengetatan persyaratan visa yang sebagian besar menargetkan pelancong dari Afrika.
"Tidak ada larangan kunjungan," kata Duta Besar Troy Fitrell dalam konferensi pers di KTT Bisnis AS-Afrika di Luanda. Ia mengatakan bahwa konsulat AS terus menerbitkan visa secara berkala, meskipun beberapa kini memiliki masa berlaku yang lebih pendek karena kekhawatiran akan masa tinggal yang melebihi batas.
Beberapa pemimpin bisnis dan politik Afrika telah menyuarakan keprihatinan mereka tentang penurunan tajam dalam persetujuan visa, khususnya bagi pelancong dari Afrika Barat, sejak akhir tahun 2023.
Rencana tarif Washington juga semakin mendinginkan hubungan diplomatik dengan negara-negara Afrika, karena beberapa negara — termasuk Lesotho dan Madagaskar — memperingatkan bahwa tarif dasar sebesar 10% pun dapat mengancam ekspor penting seperti pakaian dan mineral.
Namun Fitrell mengatakan bahwa tarif impor AS yang diusulkan belum dilaksanakan, dan negosiasi sedang berlangsung untuk menciptakan lingkungan perdagangan yang lebih timbal balik, termasuk melalui pembaruan Undang-Undang Pertumbuhan dan Peluang Afrika (AGOA).
Inisiatif ini memberikan negara-negara Afrika yang memenuhi syarat akses bebas bea ke pasar AS dan akan berakhir pada bulan September.
Fitrell juga menegaskan kembali komitmen negaranya terhadap proyek kereta api Koridor Lobito, yang menghubungkan pantai Angola dengan Zambia yang kaya tembaga dan Republik Demokratik Kongo.
"Tidak ada risiko," katanya tentang inisiatif tersebut.
Kepala Investasi pada Lembaga Keuangan Pembangunan Internasional AS, Conor Coleman, menggambarkannya sebagai "saling menguntungkan" bagi investor AS dan ekonomi Afrika, dan menggarisbawahi signifikansinya bagi integrasi regional.
Pemerintahan Trump telah memangkas sejumlah besar bantuan luar negeri AS untuk Afrika, sebagai bagian dari rencana untuk mengekang pengeluaran yang dianggap pemborosan.
Presiden Angola João Lourenço, dalam pidatonya di hadapan lebih dari 2.000 pemimpin pemerintah dan bisnis di pertemuan puncak tersebut, mengatakan perusahaan-perusahaan AS harus beralih dari bantuan ke kemitraan yang didorong oleh investasi.
"Sudah saatnya mengganti logika bantuan dengan logika investasi dan perdagangan," kata Lourenço, seraya mendesak diversifikasi ke berbagai sektor seperti manufaktur otomotif, pembuatan kapal, pariwisata, semen, dan produksi baja.