MOSKOW, TORONEWS.BLOG - Rusia tidak punya rencana membantu Iran dengan senjata nuklir terkait konflik dengan Israel. Iran dan Israel menyepakati gencatan senjata pada 24 Juni yang diusulkan Amerika Serikat (AS). Meski demikian gencatan senjata tersebut diyakini masih ringkih.
Wakil Kepala Dewan Keamanan Nasional Rusia yang juga mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menegaskan negaranya tetap berpegang pada Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Meski demikian Medvedev juga mengecam serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, bahkan menyebutnya sebagai kegagalan.
"Saya mengutuk serangan AS terhadap Iran, (serangan) itu gagal mencapai tujuannya," kata Medvedev, di media sosial X.
Dia menegaskan Iran dan Rusia ikut meneken NPT, berbeda dengan Israel yang tidak melakukannya.
Medvedev juga memperingatkan semua pihak yang berupaya menggunakan retorika senjata nuklir. Rusia, kata dia, sudah berpengalaman diawasi program nuklirnya.
"Kita jelas tidak boleh berdebat tentang siapa yang memiliki lebih banyak senjata nuklir," ujarnya, seperti dilaporkan kembali Anadolu.
Dia juga menyuarakan kekhawatiran tentang masa depan perjanjian pengendalian nuklir New START antara Rusia dan AS. Saat ini perjanjian masih berlaku, namun terancam batal di masa depan.
"Pertanyaannya adalah, apa yang akan terjadi selanjutnya?" ujarnya.
Pernyataan itu diampaikan Medvedev untuk merespons kritikan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan beberapa negara siap memasok hulu ledak nuklir ke Iran.
Dalam komentarnya di media sosial Truth Social, Trump mempertanyakan apakah benar Medvedev membahas pasokan senjata nuklir ke Iran.
Trump menyebut, seorang pejabat Rusia dengan santai melontarkan kata 'N' (nuklir) dan bersama beberapa negara lain akan memasok hulu ledak nuklir ke Iran.