Bank sentral Bolivia pada hari Jumat menegaskan kembali peningkatan dramatis dalam transaksi aset digital, menyusul laporan Reuters yang menunjukkan bagaimana semakin banyak warga Bolivia beralih ke bursa kripto seperti Binance dan stablecoin seperti Tether sebagai lindung nilai terhadap depresiasi mata uang lokal boliviano.
Menurut angka baru yang diterbitkan pada hari Jumat oleh bank sentral Bolivia, transaksi menggunakan Saluran Pembayaran Elektronik dan Instrumen untuk Aset Virtual (VA) melonjak lebih dari 530%, dari $46,5 juta pada paruh pertama tahun 2024, menjadi $294 juta pada periode yang sama tahun 2025.
Angka baru menunjukkan transaksi bulanan mencapai rekor $68 juta pada bulan Mei.
"Alat-alat ini telah memudahkan akses ke transaksi mata uang asing, termasuk pengiriman uang, pembelian dan pembayaran dalam jumlah kecil, yang memberi manfaat bagi pemilik usaha mikro dan kecil di berbagai sektor, serta keluarga di seluruh negeri," kata bank tersebut dalam sebuah pernyataan.
Mata uang kripto dilarang di Bolivia hingga Juni tahun lalu. Sejak larangan tersebut dicabut, volume transaksi mencapai $430 juta di lebih dari 10.000 operasi individual, kata bank tersebut.
Pemerintah Bolivia tengah menyusun "kerangka regulasi komprehensif untuk perusahaan teknologi finansial" yang sejalan dengan standar internasional yang ditetapkan oleh Gugus Tugas Aksi Keuangan Amerika Latin (GAFILAT), imbuh bank tersebut.
Rakyat Bolivia menghadapi krisis ekonomi akut, dengan cadangan dolar mendekati nol, inflasi pada titik tertinggi dalam 40 tahun, dan kekurangan bahan bakar yang menyebabkan antrean panjang di pompa bensin.
Mata uang negara Amerika Selatan itu telah kehilangan setengah nilainya di pasar gelap tahun ini, meskipun nilai tukar resminya telah dipertahankan tetap stabil melalui intervensi pemerintah.
Hal ini berarti semakin banyak warga Bolivia yang mencari alternatif untuk melindungi tabungan mereka dan melakukan transaksi. Para pendukung kripto telah mendorong token berbasis blockchain sebagai jawabannya, meskipun para ekonom memperingatkan bahwa penawaran digital ini mengandung risiko.
"(Kenaikan nilai kripto) ini bukan pertanda stabilitas," kata mantan kepala bank sentral Jose Gabriel Espinoza. "Ini lebih merupakan cerminan dari daya beli rumah tangga yang memburuk."