Toronews.blog
Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah tengah menjadi sorotan publik setelah mengolok seorang penjual es teh di acara Magelang Bersholawat. Rupanya, kontroversi tersebut bukanlah yang pertama dilakukan olehnya. Berikut sederet kontroversi Miftah Maulana.
Miftah Maulana mendadak jadi sorotan usai melontarkan hinaan kepada seorang penjual es teh pada Rabu (20/11/2024). Dalam potongan video yang beredar, terlihat Miftah menghina penjual es teh bernama Sunhaji yang sedang menawarkan dagangannya kepada jemaah sholawatan.
Momen tersebut disambut gelak tawa dari hadirin dan menjadi viral di media sosial. Hal ini sontak menuai berbagai reaksi negatif dari masyarakat.
Publik menanggapi tindakan tersebut dengan beragam kritik, termasuk seruan untuk mencopotnya dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden.
Miftah kemudian meminta maaf secara langsung kepada Sunhaji. Meskipun permintaan maafnya telah dilakukan, tetapi tidak lantas mampu menghentikan arus kritik yang terus mengalir.
Sebelum kejadian ini, Miftah juga acapkali tersandung kontroversi. Berikut sejumlah kontroversi Miftah Maulana alias Gus Miftah.
Menoyor kepala istri di depan umum
Sebelum insiden dengan penjual es, Miftah juga pernah mengundang perhatian negatif karena tindakan tidak pantasnya terhadap istrinya.
Pada Oktober 2024, ia terlihat menoyor kepala istrinya di depan umum saat sedang berdakwah. Video yang menjadi viral menunjukkan Miftah melakukan tindakan tersebut berulang kali, yang memicu kecaman dari masyarakat.
Dalam penjelasannya, Miftah mengklaim bahwa aksinya hanyalah lelucon dan ekspresi kasih sayang. Namun, banyak yang merasa bahwa tindakan tersebut melewati batasan yang wajar dalam interaksi publik.
Menghina dan merendahkan Yati Pesek
Jejak digital kontroversi Miftah tidak berhenti sampai di situ. Sebuah video lama ketika Miftah sedang berceramah di acara pagelaran wayang kulit dalang Ki Warseno kembali viral.
Dalam video tersebut, Miftah tampak berbincang dengan seniman senior asal Yogyakarta, Yati Pesek. Alih-alih mengapresiasi Yati Pesek ketika menyanyikan tembang Jawa berjudul "Bajing Loncat", Miftah justru merendahkan dan menghina Yati Pesek.
"Niki wau lagune Bajing Loncat, bajingane kula ajak munggah (Tadi lagunya Bajing Loncat, bedebahnya saya ajak naik)," ujar Miftah.
Ucapannya sontak menuai reaksi kaget dari Yati Pesek. Ia menunjukkan gestur tak nyaman sembari tetap membalas ucapan Miftah. Sayangnya, Yati Pesek justru kembali mendapat penghinaan.
"Kula niki bersyukur Bude Yati elek. Nek ayu dadi lonte, to? (Saya bersyukur Bude Yati jelek. Kalau cantik jadi pelacur kan?)," ujar Miftah.
Yati Pesek terdiam seketika. Ia tak menyangka kalimat itu akan diucapkan oleh Miftah. Sambil menahan amarah, Yati Pesek berbicara dengan Ki Warseno menyampaikan rasa kecewanya terhadap Miftah.
Kritik sesama pendakwah
Miftah pernah terlibat dalam kontroversi lain terkait sesama pendakwah. Pada 2022, ia dituduh menghina Ustaz Khalid Basalamah saat menggelar pagelaran wayang di pondok pesantren yang dipimpinnya.
Ketegangan akibat tuduhan tersebut memaksa Miftah untuk meminta maaf. Insiden ini berdampak pada reputasinya sebagai figur publik. Hal tersebut menunjukkan bahwa meski ia memiliki basis penggemar yang kuat, tidak jarang Miftah terjebak dalam polemik yang merugikan citranya.
Dakwah di gereja hingga diskotik
Pendekatan dakwah Miftah yang tidak konvensional juga menuai kritik. Ia dikenal melakukan dakwah di tempat-tempat yang dianggap tidak biasa seperti diskotik dan gereja.
Meskipun ia berargumentasi bahwa dakwah harus menjangkau semua lapisan masyarakat, aksinya ini tidak sejalan dengan norma yang diharapkan oleh sebagian kalangan.
Pada tahun 2021, Miftah berdakwah di Gereja Bethel Indonesia, Jakarta Utara. Hal ini kembali menimbulkan polemik terkait toleransi antarumat beragama. Penjelasan Miftah bahwa tindakannya adalah orasi kebangsaan rupanya tidak berhasil meredam kritik yang muncul.
Kritik speaker Masjid
Miftah juga mendapatkan sorotan tajam karena pernyataannya mengenai larangan penggunaan pengeras suara di masjid untuk tadarus Al-Qur'an. Ia membandingkan larangan tersebut dengan kegiatan dangdutan yang tidak dilarang hingga larut malam.
Kritik terhadap perbandingan ini mencuat, dengan banyak publik yang menilai bahwa pernyataan tersebut tidak etis. Klarifikasi Miftah terkait ucapannya tersebut tidak banyak mengurangi kecaman yang telah terjadi di kalangan masyarakat.
Aksi bagi-bagi uang di Pamekasan
Kontroversi lain yang melibatkan Miftah adalah aksinya membagikan uang kepada jamaah di Pamekasan. Tindakan ini mendapatkan reaksi negatif, terutama menjelang pemilu 2024.
Banyak yang menuduhnya melakukan praktik politik uang. Meski Miftah menyatakan bahwa uang tersebut adalah bentuk sedekah, tuduhan politik tetap menghantui reputasinya.
Respon dari Organisasi Keagamaan
Organisasi keagamaan seperti Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut merespons kontroversi yang melibatkan Miftah. PBNU menyatakan bahwa insiden penjual es teh merupakan kepleset lidah yang tidak dimaksudkan untuk menghina.
Sebaliknya, MUI justru memberikan kritik keras atas etikanya yang dianggap kurang memperhatikan norma publik, terutama mengingat posisinya sebagai utusan presiden.
Seruan publik agar tindakan ini tidak berulang dan pengawasan lebih ketat terhadap perilaku figur publik kian menjadi wacana. Miftah diharapkan dapat mengambil pelajaran dari serangkaian kontroversi ini dan menjalankan perannya dengan lebih bijak.