SUKABUMI, TORONEWS.BLOG – Aksi intoleransi pembubaran ibadah dan perusakan rumah yang dijadikan tempat ibadah di Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat viral di media sosial. Salah satu perempuan yang menjadi saksi mata sekaligus korban membagikan kisah mencekam yang mereka alami dalam kejadian memilukan tersebut.
Dia menceritakan awalnya mereka mengikuti kegiatan retret keagamaan bersama anak-anak dan remaja saat tiba-tiba sekelompok warga mendatangi vila tempat mereka menginap dan melakukan tindakan kekerasan hingga persekusi.
“Banyak yang bertanya-tanya tentang kejadian ini, saya mau berbagi cerita pengalaman yang saya alami di sana. Kami sedang mengadakan retreat dalam rangka liburan sekolah anak-anak dan kebanyakan pesertanya remaja dan anak-anak,” ujarnya dalam sebuah video yang diunggah akun Instagram @permadiaktivis2 dikutip Senin (30/6/2025).
Dia menegaskan lokasi yang digunakan bukan gereja, melainkan vila pribadi milik kenalan mereka yang digunakan sebagai tempat singgah sementara.
“Perlu diketahui bahwa kami tidak ada membangun gereja, karena tempat itu adalah vila pribadi, dan pemiliknya kenalan kami,” katanya.
Namun suasana damai kegiatan retreat berubah menjadi mencekam saat sekelompok warga mulai menggedor pagar vila dan berteriak-teriak dari luar.
“Tiba-tiba kami mendengar suara keramaian di pagar. Orang gedor-gedor pagar, orang berteriak-teriak. Dan pada saat itu kami sangat kaget karena tiba-tiba banyak batu-batu bertebaran, batu-batu dilempar,” ucapnya.
Dia mengungkapkan massa kemudian memaksa mereka keluar dari vila, sementara anak-anak dalam keadaan panik dan ketakutan. Mereka buru-buru masuk ke dalam mobil tanpa sempat membawa barang pribadi.
“Kami digedor-gedor saat sudah di dalam mobil. Semua unit mobil dipukul-pukul, dilempar batu, ditendang. Dan itu membuat anak-anak trauma,” ujarnya.
Kisah ini viral di berbagai platform media sosial. Salah satu akun, @permadiaktivis2 mengecam keras tindakan tersebut sebagai teror terhadap anak-anak, dan meminta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) turun tangan.
“Ya Allah, peserta retret-nya ternyata anak-anak dan sekarang mereka trauma akibat teriakan, makian, dan aksi perusakan di depan mereka. Mohon atensi @kpai_official,” tulisnya.
Dalam video lain yang beredar, tampak massa juga merusak bangunan vila, memecahkan kaca, bahkan menjatuhkan salib kayu ke lantai. Seorang pengguna X (Twitter) @cinnamonw234, menyebutkan alkitab milik jemaat juga dibakar.
“Tiba-tiba mereka diusir dengan cara yang sangat kasar dan tidak ada etika. Bahkan salib dan alkitab dibakar,” tulisnya.
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi merespons dan menyatakan tempat tersebut bukan gereja melainkan villa.
"Bahwa kasus (perusakan) yang di Cidahu bukan gereja akan tetapi sebuah tempat villa yang digunakan sebagai tempat ibadah. Beberapa kali masyarakat sudah menegur pengelola villa tersebut, namun tidak diindahkan oleh pihak yang bersangkutan,” ujar Sekretaris Umum MUI Kabupaten Sukabumi Ujang Hamdun, Senin (30/6/2025).
Pria yang akrab disapa Uha ini pun mengimbau masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang belum terkonfirmasi kebenarannya, serta terus menjaga keharmonisan umat beragama demi persatuan dan kesatuan.
Senada disampaikan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Sukabumi, Tri Romadhono Suwardianto yang meluruskan berita yang beredar di media sosial tentang adanya kasus perusakan gereja yang ada di wilayah Kecamatan Cidahu.
"Di sini saya pertegas, ini tidak benar, itu bukan gereja. Itu juga bukan tempat ibadah, itu adalah rumah tempat tinggal. Ini yang harus diluruskan terkait pemberitaan yang beredar," ujar Tri.
Tri mengatakan saat ini kasus tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan dan warga Kecamatan Cidahu bersedia untuk mengganti segala bentuk kerusakan yang terjadi oleh aksi spontanitas warga pada saat aksi protes berlangsung yang terjadi Jumat (27/6/2025) kemarin.