JAKARTA, TORONEWS.BLOG - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi mengungkapkan diksi "rakyat jelata" bukan bentuk penghinaan. Kata tersebut bahkan sering digunakan dalam Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno dalam pidato.
Dia mengatakan diksi rakyat jelata pernah membuat Juru Bicara (Jubir) PCO Adita Irawati dihujat warganet usai menanggapi kasus Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah yang mengolok-olok penjual es teh saat berceramah di Magelang, Rabu (20/11/2024) lalu.
“Saya kasih gambaran ya, ada Mba Adita. Mba Adita harus membuat video minta maaf walaupun saya dengan berat hati itu meminta Mba Dita untuk membuat video karena mengucapkan kata-kata rakyat jelata,” kata Hasan dalam dialog di Universitas Al Azhar, Jakarta, Senin (30/6/2025).
Menurut Hasan, penggunaan istilah tersebut menjadi kontroversi karena viral di media sosial dan dianggap sebagai bentuk penghinaan oleh sebagian orang. Padahal, kata dia, rakyat jelata diakui dan tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
“Mba Dita-nya nangis waktu itu harus minta maaf. Tapi karena tekanan publik berdasarkan viralitas,” katanya.
Hasan menegaskan dalam konteks sejarah bangsa, istilah rakyat jelata justru sarat makna perjuangan. Dia menyebut Bung Karno kerap menyuarakan istilah itu dalam pidato dan tulisannya.
Menurut dia, diksi tersebut bukan bermaksud merendahkan, tetapi sebagai bentuk keberpihakan terhadap kaum kecil.
“Rakyat jelata itu kata-kata yang mungkin salah satu kata yang paling sering disebut oleh Bung Karno dalam tulisan dan pidato dia, bukan karena menghina tapi bagian dari semangat juang. Rakyat jelata itu kata-katanya Sarinah kepada Bung Karno, Sarinah itu ibu asuhnya Bung Karno itu kata-katanya Sarinah kepada Bung Karno, jangan lupakan rakyat jelata,” jelasnya.
Bahkan, menurut Hasan, pidato-pidato legendaris seperti yang disampaikan Bung Tomo pada 10 November 1945 di Surabaya juga diawali dengan seruan kepada rakyat jelata. Hal ini memperkuat istilah tersebut memiliki tempat dalam sejarah perjuangan Indonesia.
“Pidato Bung Tomo, kalian searching aja pidato Bung Tomo ketika 10 November di Surabaya kalimat pertamanya Rakyat jelata,” tutur Hasan.
Dia berharap masyarakat bisa lebih bijak dalam menanggapi istilah-istilah yang kaya akan konteks sejarah bahkan dianggap sebagai penghinaan.
“Tapi hari ini karena ada orang yang ya kita tidak tahu maksudnya apa menganggap jelas atau sebagai penghinaan kemudian diikuti oleh banyak orang jadi benar kata-kata rakyat jelata sebagai penghinaan. Tapi coba hari ini diucapkan lagi rata-rata belum tentu sebagai penghinaan,” pungkasnya.