Toronews.blog
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi cuaca ekstrem yang dapat berlangsung hingga April 2025. Peringatan ini menyusul adanya fenomena La Nina yang meskipun tergolong lemah, diperkirakan dapat meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen di berbagai wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi akibat perubahan cuaca ini.
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, pentingnya kewaspadaan masyarakat menjadi fokus utama dalam menghadapi cuaca ekstrem ini. Banyak daerah di Indonesia kini memasuki musim penghujan, dan fenomena La Nina berpotensi menyebabkan peningkatan intensitas hujan yang dapat memicu bencana seperti banjir dan tanah longsor.
Dampak La Nina terhadap curah hujan
Suhu permukaan laut di Samudera Pasifik menunjukkan penurunan yang signifikan. Indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) telah menunjukkan angka di bawah -0,59, menandakan adanya La Nina. Meskipun saat ini La Nina dalam kondisi lemah, kondisi ini dapat berlangsung hingga Maret 2025.
Fenomena ini juga meningkatkan risiko terjadinya bencana alam di berbagai daerah. BMKG menyatakan bahwa proyeksi peningkatan curah hujan akan merata di seluruh Indonesia, berpotensi menimbulkan dampak yang signifikan bagi masyarakat, terutama di daerah yang sudah rentan terhadap banjir.
Cuaca buruk di Jakarta
Jakarta kini bersiap menghadapi hujan lebat yang diprediksi terjadi dari tanggal 6 hingga 9 Desember 2024. BMKG memperkirakan bahwa curah hujan tinggi ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk fenomena La Nina yang mempengaruhi pola cuaca di wilayah tersebut.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah diminta untuk meningkatkan kesiagaan menghadapi potensi curah hujan yang tinggi. Pj Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, menekankan pentingnya koordinasi antar dinas terkait, seperti Dinas Sumber Daya Air dan BPBD, untuk siap menghadapi kemungkinan terburuk.
Banjir bandang di Sukabumi
Peristiwa hujan deras yang terjadi baru-baru ini juga menyebabkan banjir bandang di Kabupaten Sukabumi, mengakibatkan kerusakan yang cukup parah. Hujan yang mengguyur secara terus-menerus menjadi pemicu utama terjadinya banjir bandang dan tanah longsor, terutama di daerah yang telah teridentifikasi sebagai titik rawan bencana.
BMKG menjelaskan bahwa suhu muka laut yang lebih hangat dan pola sirkulasi atmosfera yang berubah menjadi penyebab utama cuaca ekstrem di Jawa Barat. Kejadian ini menegaskan perlunya upaya mitigasi yang lebih baik untuk mencegah serta mengatasi dampak bencana di masa yang akan datang. Penanganan dan persiapan yang matang menjadi kunci untuk mengurangi risiko dan kerugian yang mungkin timbul akibat cuaca buruk ini.