Toronews.blog
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan pasukan Israel menangkap direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hussam Abu Safiya, setelah membakar fasilitas kesehatan terakhir di Gaza Utara itu dengan dokter dan pasien masih berada di dalamnya.
Pejabat Kementerian Kesehatan Palestina menyebut puluhan dokter diculik ke pusat penahanan untuk diinterogasi. Pada Sabtu (29/12/2024), kementerian mengonfirmasi bahwa Abu Safiya telah ditangkap.
Menurut Munir al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pasukan Israel memukuli Abu Safiya dengan kasar sebelum menangkapnya. Bursh mengatakan kepada Al Jazeera bahwa penyerbuan ke rumah sakit terjadi setelah hampir tiga bulan blokade ketat dan serangan udara terus-menerus di fasilitas tersebut serta sekitarnya.
Pembakaran dan Penahanan Massal
Pemboman yang dilakukan pasukan Israel menyebabkan beberapa departemen di rumah sakit terbakar, menewaskan serta melukai tenaga medis dan pasien. Semua staf medis yang tersisa, pasien, dan keluarga mereka diusir dari rumah sakit di bawah todongan senjata, dipaksa melepas pakaian hingga hanya mengenakan pakaian dalam, dan dipindahkan ke lokasi yang tidak diketahui.
Saat penggerebekan, ada 350 orang di rumah sakit, termasuk 180 tenaga medis dan 75 pasien luka-luka, menurut Kantor Media Pemerintah yang berbasis di Gaza.
Selama tiga bulan terakhir, Abu Safiya, seorang dokter spesialis anak, telah menerbitkan puluhan video dan menyerukan komunitas internasional untuk bertindak melawan serangan Israel di Rumah Sakit Kamal Adwan. Dia berulang kali memperingatkan bahwa nyawa pasien dan staf medis berada dalam bahaya di tengah serangan bom dan pengepungan yang mencegah masuknya bantuan dan makanan.
“Alih-alih menerima bantuan, kami menerima tank... yang menembaki gedung rumah sakit,” kata Abu Safiya dalam sebuah video dua bulan lalu.
Pada akhir Oktober, putra Abu Safiya meninggal akibat serangan Israel sebelumnya di rumah sakit tersebut. Sebulan kemudian, dia terluka dalam serangan udara Israel di kompleks rumah sakit.
Pasien Terancam Kehilangan Nyawa
Sementara itu, nasib staf medis dan warga sipil lain yang diculik dari rumah sakit pada Sabtu masih belum diketahui. Bursh mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan telah kehilangan kontak dengan 10 staf medisnya.
Dr. Rawia Tamboura mengatakan kepada Middle East Eye bahwa beberapa tenaga medis telah dibebaskan dan menunggu evakuasi ke Kota Gaza.
Beberapa pasien, termasuk yang dalam kondisi kritis, dipindahkan secara paksa ke Rumah Sakit Indonesia yang telah tidak beroperasi akibat serangan Israel.
Para pasien menghadapi “malam yang berat” dan tetap berada dalam situasi “sangat sulit dan genting”, kata Kementerian Kesehatan.
“Tanpa air, listrik, selimut, makanan, dan perlengkapan medis, hitungan mundur dimulai untuk kehilangan nyawa mereka,” tambahnya.
Kehidupan para pasien ini berada dalam risiko besar, terutama karena sebagian besar tenaga medis dicegah untuk bergabung dengan pasien di Rumah Sakit Indonesia.
“Kami mendesak semua lembaga dan pihak terkait untuk menemukan solusi bagi pasien dan korban luka yang saat ini berada di Rumah Sakit Indonesia,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Penghancuran Sistem Kesehatan Gaza
Serangan ke Rumah Sakit Kamal Adwan terjadi sehari setelah 50 warga Palestina tewas dalam serangan udara di gedung yang berada di lingkungan rumah sakit. Setidaknya lima tenaga medis tewas dalam serangan Kamis, bersama istri, orang tua, dan anak-anak mereka.
Penggerebekan ini membuat Gaza utara tanpa pusat kesehatan yang berfungsi.
Sejak Israel memperketat blokade di Gaza utara pada Oktober, Rumah Sakit Kamal Adwan beroperasi dengan kapasitas minimal, memberikan layanan penyelamatan jiwa kepada bayi baru lahir di unit perawatan intensif neonatal serta pasien di ICU lainnya.
Dua rumah sakit lain di wilayah tersebut, Rumah Sakit Indonesia dan Rumah Sakit al-Awda, telah berhenti beroperasi beberapa minggu lalu akibat serangan Israel yang terus berlangsung.
"Penjajah memberikan pukulan terakhir pada sistem kesehatan yang tersisa di Gaza utara hari ini," kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Rencana Kontroversial Pembersihan Etnis
Serangan Israel di Gaza utara, yang diluncurkan pada 5 Oktober, mengikuti presentasi proposal kontroversial bernama “Rencana Para Jenderal” kepada pemerintah Israel.
Rencana tersebut menyerukan pembersihan etnis di wilayah utara Koridor Netzarim, yang membelah Gaza menjadi dua, agar Israel dapat mendirikan “zona militer tertutup”.
Menurut rencana tersebut, siapa pun yang memilih untuk tetap tinggal akan dianggap sebagai anggota Hamas dan dapat dibunuh.
Blokade ini juga memperburuk kelaparan dan kekurangan gizi di wilayah tersebut. Oxfam melaporkan awal bulan ini bahwa hanya 12 truk bantuan yang masuk ke Gaza utara bulan ini.
Israel juga dituduh sengaja menghancurkan sistem kesehatan Gaza melalui serangan terus-menerus terhadap rumah sakit, ambulans, dan dokter sejak serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, lebih dari 1.150 tenaga kesehatan telah tewas dan 300 lainnya ditahan sejak perang di Gaza dimulai.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas perang di wilayah tersebut.