JAKARTA - Mungkin banyak yang berpikir saat sekali terkena demam berdarah (DBD), tubuh akan otomatis kebal. Sayangnya, anggapan ini keliru.
Nyatanya, seseorang bisa terinfeksi virus dengue lebih dari satu kali, dan justru infeksi kedua berisiko lebih parah.
Fenomena inilah yang menjadi salah satu fokus peringatan ASEAN Dengue Day (ADD) tahun ini, yang jatuh pada 15 Juni 2025 kemarin.
Lantas, mengapa DBD bisa lebih parah saat kedua kali?
Ketua IDAI Jawa Barat, dr. Anggraini Alam, mengatakan, virus dengue memiliki empat serotipe berbeda. Artinya, meskipun tubuh sudah pernah melawan salah satu serotipe, tidak berarti tubuh akan kebal terhadap tiga serotipe lainnya.
Bahkan, ketika seseorang terkena infeksi dengue untuk kedua kalinya dari serotipe berbeda, risiko untuk mengalami dengue berat justru meningkat.
Ini karena reaksi imun tubuh yang disebut antibody-dependent enhancement (ADE), yang justru bisa memperparah infeksi.
“Dengue bukan penyakit yang bisa dianggap enteng. Kita bisa kena lagi dan risikonya bisa lebih parah,” tegas dr. Anggraini.
Angka Kasus Masih Tinggi, Anak-Anak Paling Rentan
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 16 Mei 2025, tercatat lebih dari 56.000 kasus DBD di Indonesia, dengan 250 kematian tersebar di 24 provinsi. Mayoritas kasus ini menyerang kelompok usia muda.
Menurut dokter spesialis anak, Prof. Dr. Edi Hartoyo, sekira 73% kasus terjadi pada usia 5–44 tahun, dengan angka kematian tertinggi di usia 5–14 tahun.
Indonesia juga masih menjadi negara dengan beban dengue tertinggi di Asia, dengan angka Disability-Adjusted Life Years (DALYs) terbesar akibat dengue pada tahun 2021. DALYs sendiri merupakan indikator hilangnya tahun kehidupan sehat karena sakit atau kematian dini.
Salah satu strategi utama mencegah infeksi dengue berat adalah dengan penguatan sistem imun, termasuk melalui vaksinasi dengue.
Vaksin dengue yang tersedia di Indonesia saat ini bisa diakses secara mandiri dan merupakan salah satu langkah penting untuk memberikan perlindungan tambahan, terutama di daerah endemik.
“Vaksin bukan hal baru. Sejak vaksin cacar pertama kali dikembangkan tahun 1796, kita telah menyelamatkan jutaan nyawa. Vaksin dengue pun bekerja serupa. Ia tak selalu membuat seseorang 100% kebal, tapi dapat menurunkan keparahan gejala dan risiko komplikasi,” ujar dokter spesialis anak, dr. Djatnika Setiabudi pada kesempatan yang sama.