Toronews.blog
Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) sebuah organisasi jurnalisme investigasi nirlaba yang berfokus mengungkap kejahatan terorganisir dan korupsi menominasikan nama mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam daftar finalis "Person of Ther Year" 2024 untuk Korupsi dan Kejahatan Terorganisir.
OCCRP menjelaskan bahwa mereka tidak memiliki kendali atas siapa saja yang dinominasikan dalam penghargaan yang diberikan, karena semua usulan nominasi berasal dari berbagai pihak di seluruh dunia. Salah satu nominasi tersebut adalah mantan Presiden Indonesia, Joko Widodo, yang dikenal dengan sebutan Jokowi.
"OCCRP tidak memiliki kendali atas siapa yang dinominasikan, karena usulan datang dari orang-orang di seluruh dunia. Ini termasuk nominasi mantan presiden Indonesia, Joko Widodo, yang dikenal sebagai Jokowi. OCCRP memasukkan dalam daftar "finalis" para nominasi yang mendapatkan dukungan online terbanyak dan memiliki dasar untuk dimasukkan," tulis mereka.
Dalam menentukan "finalis," OCCRP memasukkan nominasi yang mendapatkan dukungan daring terbanyak dan memiliki dasar tertentu untuk dipertimbangkan. OCCRP menegaskan bahwa mereka tidak memiliki bukti bahwa Jokowi terlibat dalam korupsi untuk keuntungan finansial pribadi selama masa jabatannya. Namun, kelompok masyarakat sipil dan para ahli menyoroti bahwa pemerintah Jokowi secara signifikan melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Indonesia.
Selain itu, Jokowi juga banyak dikritik atas dugaan merusak institusi elektoral dan peradilan di Indonesia demi mendukung ambisi politik putranya, yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Bukan cuma Jokowi ada juga nama Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, Mantan Perdana Menteri Banglades Sheikh Hasina, dan Pengusaha India Gautam Adani yang masuk finalis tokoh korupsi dan kejahatan terorganisir.
Mekanisme Penentuan Tokoh Terkorup dan Terjahat
Namun yang akhirnya ditetapkan OCCRP sebagai "Person of The Year 2024" justru mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang tidak masuk daftar nominasi finalis. Kok bisa?
Penting diketahui daftar finalis tokoh terkorup dan terjahat versi OCCRP ditentukan berdasarkan suara terbanyak yang diterima dari pembaca, jurnalis, juri, dan berbagai pihak dalam jaringan global OCCRP.
"Kami meminta nominasi dari pembaca, jurnalis, para juri Person of the Year, serta pihak lain dalam jaringan global OCCRP. Para finalis yang menerima suara terbanyak tahun ini adalah: 1. Presiden Kenya William Ruto, 2. Mantan Presiden Indonesia Joko Widodo, 3. Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, 4. Mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, 5. Pengusaha India Gautam Adani," demikian tertulis dalam situs resmi OCCRP
Dalam proses tersebut, nama Bashar al-Assad tidak termasuk dalam daftar nominasi finalis yang memperoleh suara terbanyak. Namun, pemilihan pemenang tidak semata-mata bergantung pada jumlah suara. Penilaian akhir dilakukan melalui proses mendalam oleh panel juri yang terdiri dari perwakilan masyarakat sipil, akademisi, dan jurnalis, yang memiliki keahlian untuk menilai skala dan dampak kejahatan yang dilakukan oleh para kandidat.
Meskipun tidak masuk dalam daftar finalis, Bashar al-Assad dianggap oleh para juri memiliki dampak destruktif yang jauh melampaui kandidat lainnya. Dengan tindakannya yang menciptakan kerusakan luar biasa di dalam dan di luar perbatasan Suriah, Assad dinilai layak menjadi pemenang karena kejahatan terorganisir dan korupsinya yang telah menghancurkan kehidupan jutaan orang serta menimbulkan ketidakstabilan regional yang mendalam.
Assad dianggap telah menyebabkan kerusakan luar biasa melalui korupsi, kejahatan terorganisir, dan pelanggaran hak asasi manusia yang terpusat di bawah kekuasaannya. Pendanaannya yang berbasis pada perdagangan narkoba Captagon, penyelundupan, pencurian barang antik, dan perdagangan senjata dianggap membawa kehancuran yang meluas, tidak hanya di Suriah tetapi juga di kawasan sekitarnya.
Keputusan untuk memilih Assad sebagai pemenang mencerminkan fokus OCCRP untuk mengakui individu yang telah "melakukan yang paling buruk" dalam menyebarkan kejahatan terorganisir dan korupsi di tingkat global. Pilihan ini menegaskan bahwa penghargaan tersebut bukan semata-mata kompetisi suara, tetapi pengakuan atas dampak negatif yang paling signifikan secara global.
Alasan Jadikan Assad Tokoh Korupsi dan Kejahatan Terorganisir?
Sejak 2012, penghargaan ini memilih pemenangnya melalui panel juri yang terdiri dari para ahli di bidang masyarakat sipil, akademisi, dan jurnalis. Assad dipilih karena rezimnya yang penuh dengan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penyiksaan, pembunuhan, penggunaan senjata kimia, penahanan massal, dan serangan terhadap warga sipil.
Rezim Assad juga dikenal mengandalkan pendanaan dari berbagai kejahatan terorganisir seperti produksi narkoba Captagon, penyelundupan manusia, pencurian artefak, dan perdagangan senjata. Pendapatan ini digunakan untuk mempertahankan kekuasaannya dan menyebarkan kekerasan serta kriminalitas di kawasan Timur Tengah.
“Selain menjadi diktator seperti ayahnya, Assad menambahkan dimensi kejahatan dan korupsi yang tak terbayangkan, menghancurkan kehidupan tak terhitung banyaknya, bahkan di luar perbatasan negaranya,” ujar Alia Ibrahim, salah satu pendiri Daraj.com dan juri penghargaan tahun ini.
“Kerusakan politik, ekonomi, dan sosial yang ditimbulkan oleh Assad, baik di Suriah maupun kawasan, membutuhkan waktu puluhan tahun untuk dipulihkan.”
Penghargaan Khusus untuk Teodoro Obiang Nguema Mbasogo
Untuk pertama kalinya dalam sejarah penghargaan ini, OCCRP memberikan penghargaan khusus bernama “Lifetime Non-Achievement Award”. Penghargaan ini diberikan kepada Presiden Guinea Ekuatorial, Teodoro Obiang Nguema Mbasogo, yang telah berkuasa sejak 1979 setelah merebut kekuasaan melalui kudeta dari pamannya.
Selama pemerintahannya, Obiang dikenal menindas oposisi dengan keras melalui penangkapan sewenang-wenang, penghilangan paksa, dan penyiksaan. Kekayaannya yang luar biasa diduga berasal dari korupsi sistematis yang menciptakan dinasti penuh impunitas di Guinea Ekuatorial.
“Dengan menciptakan ketakutan, penindasan, dan korupsi, Teodoro Obiang membangun dinasti kekayaan dan impunitas,” kata Anas Aremeyaw Anas, jurnalis investigasi asal Ghana dan juri penghargaan tahun ini. “Tendensi diktatorialnya dengan cepat ditiru oleh para pemimpin di seluruh Afrika.”
Assad dan Obiang: Simbol Rezim Korup
Baik Assad maupun Obiang adalah contoh bagaimana korupsi menjadi pilar utama dalam membangun rezim diktator yang kuat.
“Korupsi adalah elemen fundamental untuk menguasai negara dan memperkuat pemerintahan otokratis,” ujar Drew Sullivan, Penerbit OCCRP. “Pemerintahan korup ini melanggar hak asasi manusia, memanipulasi pemilu, menjarah sumber daya alam, dan menciptakan konflik akibat ketidakstabilannya. Masa depan mereka hanya berupa kehancuran dengan kekerasan atau revolusi berdarah.”
William Ruto Peraih Suara Terbanyak
Lebih dari 40.000 orang menominasikan Presiden Kenya, William Ruto, untuk penghargaan “Person of the Year”. Gelombang protes yang terjadi pada Juni dan Juli 2024 dipicu oleh proposal undang-undang keuangan yang kontroversial, tingginya pengangguran pemuda, dan kemarahan terhadap korupsi pemerintah.
Demonstrasi ini direspons oleh aparat keamanan dengan gas air mata, meriam air, penangkapan, dan bahkan tembakan yang menyebabkan banyak korban tewas, luka-luka, atau hilang.
Meskipun demikian, penghargaan tetap diberikan kepada Assad karena dampaknya yang meluas terhadap Suriah, negara-negara tetangganya, dan kawasan Timur Tengah secara keseluruhan. Kejahatan terorganisir dan korupsi yang disebarkan oleh Assad menempatkannya di puncak daftar tahun ini.
Respons Jokowi
Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), menanggapi santai laporan Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) yang menyebutnya sebagai salah satu nominasi tokoh dunia paling korup tahun 2024.
"Terkorup? Terkorup apa? Yang dikorupsi apa?" ujar Jokowi saat ditemui di Solo, Jawa Tengah, Selasa (31/12/2024).
Ia meminta klaim tersebut dibuktikan dengan fakta yang jelas. "Ya dibuktikan, apa," tegasnya.
Jokowi juga menyebut bahwa di era saat ini, dirinya sering menjadi sasaran berbagai fitnah dan framing negatif.
"Sekarang kan banyak sekali fitnah, banyak sekali framing jahat, banyak sekali tuduhan-tuduhan tanpa ada bukti. Itu yang terjadi sekarang kan?" ujarnya.
Ketika ditanya apakah ada muatan politis di balik nominasi ini, Jokowi merespons dengan tawa kecil.
"Ya ditanyakan saja. Orang bisa pakai kendaraan apa pun lah, bisa pakai NGO, bisa pakai partai," katanya. Ia juga menambahkan bahwa organisasi masyarakat pun dapat dimanfaatkan untuk melontarkan tuduhan tak berdasar.
"Bisa pakai ormas untuk menuduh, untuk membuat framing jahat, membuat tuduhan jahat-jahat seperti itu ya," ujarnya lagi.