7 Mitos dan Salah Kaprah soal Suplemen Alami, Salah Satunya Bisa Menggantikan Obat!

29 Jun 2025 | Penulis: pacmannews

7 Mitos dan Salah Kaprah soal Suplemen Alami, Salah Satunya Bisa Menggantikan Obat!

JAKARTA - Di tengah tren gaya hidup sehat yang terus berkembang di kawasan Asia Pasifik, banyak orang mulai beralih ke produk alami termasuk suplemen, untuk mendukung kebugaran dan mencegah penyakit. 

Label ‘alami’ kerap diasosiasikan dengan aman, bebas bahan kimia, dan efektif. Namun, para ahli mengingatkan bahwa persepsi ini tidak selalu benar.

Menurut Director of Research Development and Scientific Affairs Asia Pacific Herbalife, Alex Teo, meningkatnya konsumsi suplemen alami tanpa pemahaman yang tepat bisa berujung pada risiko kesehatan. 

Apalagi, meski pengawasan ketat telah diterapkan, seperti Peraturan BPOM No. 10 Tahun 2024 dan No. 24 Tahun 2023 di Indonesia, tanggung jawab memilih produk yang aman tetap berada di tangan konsumen.

Nah, agar tidak keliru, berikut adalah tujuh mitos umum soal suplemen alami yang sering disalahpahami Rabu, (25/6/2025).

1. Mitos: Alami Berarti Aman

Hanya karena bahan berasal dari alam, bukan berarti bebas risiko. Sejumlah tanaman mengandung zat toksik seperti arsenik atau timbal, dan konsumsi tanpa dosis yang tepat bisa merusak organ penting seperti ginjal dan hati.

Contohnya, akar licorice yang dikenal dalam pengobatan tradisional bisa menyebabkan tekanan darah tinggi dan gangguan elektrolit jika dikonsumsi berlebihan.


2. Mitos: Suplemen Alami Bisa Dikonsumsi Tanpa Batas

Faktanya, dosis tetap penting bahkan untuk zat alami. Beberapa vitamin seperti A, D, E, dan K larut dalam lemak dan dapat menumpuk di tubuh. Jika dikonsumsi berlebihan, risikonya adalah toksisitas yang berdampak pada fungsi organ.


3. Mitos : Suplemen Bisa Menggantikan Obat

Meski bersumber dari alam, suplemen tidak boleh dijadikan pengganti obat resep. Terutama dalam pengobatan penyakit kronis, pendekatan yang paling tepat tetaplah mengikuti saran dokter. Suplemen sebaiknya hanya digunakan sebagai pelengkap, bukan pengganti terapi medis.

4. Mitos: Suplemen dan Obat Bisa Dikombinasikan Bebas

Faktanya, interaksi antara suplemen dan obat sangat mungkin terjadi dan bisa membahayakan. Contohnya, suplemen bawang putih bisa memperkuat efek pengencer darah, sementara ekstrak teh hijau dapat mengganggu kerja obat jantung. Konsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum mengonsumsi keduanya sangat disarankan.


5. Mitos: Suplemen Bisa Menggantikan Pola Makan Sehat

Tidak ada suplemen yang bisa sepenuhnya menggantikan manfaat dari makanan utuh. Makanan alami mengandung kombinasi nutrisi, serat, dan fitokimia yang bekerja sinergis, sesuatu yang tidak bisa disediakan suplemen secara utuh. Suplemen adalah pelengkap, bukan pengganti.


6. Mitos: Semua Suplemen Alami Sudah Teruji Ilmiah

Label “alami” sering kali membuat konsumen abai terhadap uji kualitas dan efektivitas. Padahal, suplemen yang baik seharusnya melewati uji laboratorium pihak ketiga dan memiliki sertifikasi keamanan. 

Konsumen perlu jeli membaca label, menelusuri studi ilmiah, dan memilih merek yang transparan dalam menyampaikan informasi produknya.


7. Mitos: Jika Cocok untuk Orang Lain, Pasti Cocok untuk Saya

Setiap tubuh manusia memiliki kebutuhan dan respons yang berbeda. Suplemen yang bermanfaat bagi teman atau keluarga Anda belum tentu cocok untuk kondisi kesehatan Anda sendiri. 

Faktor seperti alergi, kondisi medis yang sedang diderita, dan obat-obatan yang dikonsumsi sangat memengaruhi keamanan penggunaan suplemen tertentu. Konsultasi dengan profesional kesehatan tetap menjadi langkah bijak.

Suplemen, baik alami maupun sintetis, memiliki tempat dalam gaya hidup sehat asalkan digunakan dengan bijak. Kebutuhan setiap orang berbeda, jadi keputusan mengonsumsi suplemen sebaiknya didasarkan pada konsultasi medis, riwayat kesehatan, dan tujuan spesifik.

“Jangan hanya terpikat oleh label ‘alami’. Kualitas, dosis, dan bukti ilmiah jauh lebih penting. Dengan pendekatan kritis dan informasi yang tepat, Anda bisa membuat pilihan yang benar-benar berdampak positif bagi kesehatan jangka panjang,” tutup Alex Teo.


Komentar