Presiden AS Berisiko Dibunuh, Trump: Kalau Tahu, Saya Mungkin Tak Nyapres

28 Jun 2025 | Penulis: pacmannews

Presiden AS Berisiko Dibunuh, Trump: Kalau Tahu, Saya Mungkin Tak Nyapres

WASHINGTON, TORONEWS.BLOG - Donald Trump menyebut jabatan presiden sebagai salah satu profesi paling berbahaya, merujuk pada sejarah kelam di mana beberapa pemimpin Amerika Serikat (AS) menjadi korban pembunuhan. Dalam pernyataan terbarunya, Trump mengatakan mungkin tak maju dalam pemilihan presiden (pilpres) jika mengetahui risikonya sejak awal.

Komentar mengejutkan itu disampaikan dalam konferensi pers mendadak di Gedung Putih pada Jumat (27/6/2025), usai Mahkamah Agung AS mengeluarkan putusan penting yang memperluas kewenangan eksekutif. Di hadapan awak media, Trump mengenang kembali percobaan pembunuhan terhadap dirinya saat kampanye pada Juli 2024 di Pennsylvania, ketika peluru mengenai telinga kanannya.

"Saya merasakan sensasi berdenyut-denyut sesekali. Tapi tahukah Anda? Ini pekerjaan yang berbahaya," kata Trump.

Ia mengungkapkan perbandingan mengejutkan terkait tingkat kematian pada beberapa profesi ekstrem di AS.

"Pembalap mobil, 1/10 dari 1 persen meninggal. Joki banteng juga 1/10 dari 1 persen. Tapi presiden? Sekitar 5 persen meninggal. Jika ada yang memberi tahu saya tentang ini, mungkin saya tidak mencalonkan diri. Ini adalah profesi yang sangat berbahaya," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (28/6/2025).

Sejarah Kelam: Empat Presiden AS Dibunuh

Trump merujuk pada fakta sejarah bahwa dari 45 presiden yang pernah menjabat di Amerika Serikat, empat di antaranya terbunuh dalam masa tugas. Mereka adalah Abraham Lincoln, James A Garfield, William McKinley, dan John F Kennedy. Selain itu, beberapa lainnya seperti Ronald Reagan dan Trump sendiri mengalami percobaan pembunuhan.

Trump juga pernah menjadi target serangan saat bermain golf di Florida pada 15 September 2024. Ia selamat dari insiden tersebut, namun pelaku saat ini menghadapi lima dakwaan federal dan menyatakan tidak bersalah.

Narasi Politik di Tengah Kemenangan Hukum

Pernyataan Trump datang di tengah euforia politik setelah Mahkamah Agung memperkuat kekuasaannya sebagai presiden, dengan mengurangi ruang intervensi hakim federal dalam kebijakan nasional. Keputusan tersebut dianggap sebagai langkah besar dalam memperkuat kontrol Gedung Putih terhadap jalannya pemerintahan.

Dengan mengangkat kembali ancaman pembunuhan terhadap dirinya, Trump tampak ingin menegaskan besarnya risiko dan pengorbanan yang harus dihadapi seorang presiden, terutama dirinya yang terus berada dalam sorotan dan ancaman.

Politik dan Persepsi Publik

Komentar Trump memunculkan spekulasi di kalangan analis bahwa ia sedang membangun narasi kepahlawanan dan pengorbanan sebagai bagian dari strategi politik menjelang Pilpres 2028. Dengan menggambarkan dirinya sebagai sosok yang tetap berdiri meski menghadapi bahaya nyata, Trump berupaya memperkuat simpati publik dan loyalitas pendukungnya.

Namun di sisi lain, pernyataan itu juga membuka ruang diskusi mengenai keamanan pemimpin negara dan bahaya meningkatnya retorika kekerasan dalam politik Amerika.


Komentar