JAKARTA, TORONEWS.BLOG - Kesehatan organ hati sering kali terlupakan dalam keseharian. Padahal, perannya sangat vital bagi keberlangsungan hidup manusia.
Melalui cuitan panjang yang menyentuh dan edukatif, dr Gia Pratama, dokter sekaligus Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD), mengingatkan publik pentingnya menjaga organ hati dari berbagai ancaman yang bisa datang tanpa disadari.
“Teman-teman, ini adalah cerita tentang hati. Organ yang luar biasa, tapi sering dilupakan,” tulis dr. Gia di akun X miliknya, @giapratamamd, Jumat (27/6/2025).
Dalam penuturannya, dr Gia menggambarkan hati sebagai organ pekerja keras yang rela mati demi menjaga tubuh tetap hidup. Hati memiliki lebih dari 500 fungsi vital, termasuk menyaring dan memproses zat-zat dari makanan yang masuk ke tubuh.
Setiap nutrisi yang diserap dari usus akan terlebih dahulu melewati hati, yang bertindak sebagai gerbang pemeriksaan utama. “Bayangkan seperti di lobi kantor besar, ada petugas yang berkata, ‘Permisi, saya periksa dulu ya.’ Begitulah kerja hati, setiap hari, tanpa protes,” tulisnya.
Namun, hati bukan organ yang tak terkalahkan. Sekuat apapun dia mencoba bertahan dan meregenerasi diri, ada batas yang tak bisa dilampaui.
Kerusakan yang terlalu cepat dan sering bisa mengalahkan kemampuan regeneratifnya. Ketika itu terjadi, hati akan mengecil, mengeras, dan perlahan kehilangan fungsinya. Kondisi ini dikenal sebagai sirosis hepatis, sebuah penyakit kronis yang sangat serius dan sulit diobati.
Paracetamol hingga Gula Musuh dalam Selimut Lebih lanjut, dr Gia mengungkapkan bahwa penyebab kerusakan hati tak hanya datang dari virus seperti hepatitis A, B, atau C, yang sangat menular di Indonesia, khususnya Hepatitis B. Organ ini juga bisa hancur karena "musuh dalam selimut", yaitu obat-obatan yang dikonsumsi secara sembarangan.
Salah satu yang paling sering disalahgunakan adalah paracetamol, obat penghilang nyeri yang kerap diminum seenaknya bahkan untuk keluhan ringan seperti sakit kepala biasa.
“Obat-obatan pun bisa menjadi musuh dalam selimut. Terutama paracetamol, yang sering diminum sembarangan saat kepala sedikit saja terasa berat,” ujarnya. Tak hanya paracetamol, alkohol juga menjadi salah satu racun berat bagi hati. Selain itu, gula berlebih juga bisa menjadi penyebab kerusakan hati yang sering luput dari perhatian.
“Gula dalam jumlah berlebihan, perlahan tapi pasti, menumpuk dan menghancurkan hati dengan cara yang halus tapi mematikan,” ucapnya.
Kerusakan hati sering tidak menunjukkan gejala di awal. Bahkan, menurut dr Gia, banyak orang yang tampak sehat meski kebiasaannya berisiko tinggi, seperti konsumsi alkohol. Namun kondisi itu bukan berarti hati mereka baik-baik saja.
“Butuh waktu bertahun-tahun untuk menjatuhkan hati. Tapi begitu tumbang, bangkitnya hampir mustahil,” tulisnya dengan nada peringatan. dr Gia pun menutup cuitannya dengan pesan menyentuh.
Dia mengajak masyarakat untuk menyayangi hati sebagaimana kita menyayangi orang-orang terdekat. Tidak menyakitinya, tidak memaksanya bekerja terus-menerus, dan memberikan waktu untuk beristirahat.
“Kalau kamu benar-benar mencintai seseorang, dan kamu tahu dia ikhlas menerima perlakuanmu, meski disakiti… apakah kamu tega memukulinya setiap hari? Begitu pula dengan hati,” ujarnya.
Cara Menyayangi Hati Untuk menjaga kesehatan hati, dr Gia memberikan beberapa tips sederhana namun berdampak besar: Kurangi konsumsi zat aditif seperti pengawet, pewarna, dan perasa buatan. Perbanyak asupan sayur dan buah.
Lakukan olahraga secara rutin. Tidur cukup dan kurangi begadang. Hindari konsumsi obat tanpa indikasi jelas atau resep dokter.