RAJA HAYAM WURUK mencari jodoh saat berkuasa di usia pada Kerajaan Majapahit. Pencarian jodoh dilakukan bahkan hingga membuka sayembara, tapi tidak membuahkan hasil. Namun jodoh itu akhirnya mulai terungkap saat Hayam Wuruk mengetahui putri cantik Raja Sunda Dyah Pitaloka Citraresmi.
Guna mencarikan jodoh bagi putranya, Tribhuwana Tunggadewi sampai mengerahkan utusan - utusan Majapahit ke seluruh penjuru nusantara. Salah satunya ke arah Sunda, dimana Dyah Pitaloka Citraresmi putri raja Sunda itu.
Sang ibu suri berharap ada perempuan yang cocok dari utusan-utusan yang dikirimkan itu sebagaimana dikisahkan pada Kidung Sunda. Upaya ini pun tak sia-sia, Hayam Wuruk tertarik dari gambaran lukisan yang memang mirip wajah dari putri Sunda itu. Hatinya tak bergeming dan timbul benih - benih cinta.
Earl Drake pada "Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit", mengisahkan Kerajaan Majapahit lantas mengirimkan utusan khusus ke Sunda. Utusan bernama Madhu itu bertujuan untuk melamar sang putri. Raja Sunda yang mendengar hal itu langsung gembira.
Baginya sang Raja Majapahit yang merupakan kerajaan terbesar dan tersohor kala itu ingin menikahi putri cantiknya. Baginya ini merupakan kehormatan besar, kendati sang putri tidak terlalu tersanjung oleh lamaran tersebut, layaknya sang ayah.
Di Kidung Sunda diceritakan pejabat utusan Hayam Wuruk, Madhu pulang ke Majapahit membawa surat balasan dari raja Sunda. la segera disusul oleh utusan Sunda, yang berlayar dalam rombongan terdiri dari 200 kapal besar, serta dikawal oleh lebih dari 1.500 perahu kecil.
Keluarga Kerajaan Sunda datang dengan perahu junk Mongol, yang lazim digunakan setelah perang Wijaya. Sementara itu, Majapahit menggelar persiapan untuk menyambut para tamu dari Sunda. Dua hari berselang, patih pelabuhan di Bubat melaporkan bahwa rombongan Sunda sudah hampir tiba. Hayam Wuruk dan keluarga siap menyambut mereka. Namun, Gajah Mada tak setuju.
Menurut Gajah Mada, tak seharusnya raja agung Majapahit menyambut seorang raja bawahan seperti Raja Sunda, dengan cara demikian. Tak ada yang bisa menduga apakah ia datang sebagai musuh dalam penyamaran. Meskipun para pejabat penting istana dan abdi raja terkejut mendengar hal itu, tidak satupun bisa menentang sang Mahapatih Gajah Mada.