Kebiadaban Israel Berlanjut di Jenin Palestina: Warga Diusir, Ditangkap, Dieksekusi Mati

28 Jun 2025 | Penulis: onenews

Kebiadaban Israel Berlanjut di Jenin Palestina: Warga Diusir, Ditangkap, Dieksekusi Mati

Toronews.blog

Serangan besar-besaran pasukan militer Israel di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki, telah memasuki hari ketiga pada Kamis (23/1/2025). Dalam serangan ini, warga Palestina dipaksa mengungsi, ditangkap massal, hingga dieksekusi mati di lapangan oleh pasukan Israel. Situasi ini diperparah oleh kerusakan infrastruktur yang meluas serta pembatasan akses medis bagi korban luka.

Menurut laporan kantor berita resmi Palestina, Wafa, tentara Israel telah mengepung seluruh kamp pengungsi Jenin dengan mengerahkan pasukan khusus, drone, serta teknologi pengenalan wajah dan biometrik untuk memantau pergerakan warga. Warga dipaksa keluar dari rumah mereka melalui pengeras suara dan selebaran yang dijatuhkan dari udara.

"Drone terbang di atas rumah kami, sementara pasukan Israel menggunakan pengeras suara untuk memerintahkan kami pergi," ujar Salah, seorang warga kamp Jenin, kepada Middle East Eye (MEE). Ia juga menjelaskan bahwa pasukan Israel menggunakan teknologi biometrik untuk menargetkan pemuda yang dianggap mencurigakan.

"Mereka yang memiliki catatan langsung ditangkap. Setelah itu, Anda tidak tahu apa yang terjadi pada mereka – apakah mereka dipukuli atau lebih buruk. Anda benar-benar tidak tahu," katanya.

13 Orang Tewas dan Akses Medis Dibatasi

Sejak serangan dimulai pada Selasa pagi (22/1), narasumber medis melaporkan 13 warga Palestina telah tewas dan 50 lainnya terluka. Selain itu, kelompok pemantau Palestinian Prisoners' Society menyebut bahwa pasukan Israel telah melakukan eksekusi lapangan sebagai bagian dari hukuman kolektif untuk menghancurkan perlawanan di Jenin.

Staf medis di lokasi mengalami kesulitan besar untuk merawat korban luka. Ambulans dan petugas medis tidak hanya dibatasi geraknya, tetapi juga harus menjalani pemeriksaan dan interogasi oleh pasukan Israel sebelum diizinkan membawa bantuan.

Menurut laporan Arab48, banyak warga di kamp Jenin yang mengalami penangkapan massal, penggeledahan tubuh, hingga interogasi paksa. Salah seorang warga lanjut usia yang baru saja menjalani operasi mengungkapkan penderitaannya saat dipaksa berjalan jauh. "Mereka membuat saya berjalan hampir 1,5 km dari pukul 9 pagi hingga 5 sore, meskipun kondisi saya tidak memungkinkan," katanya.

Pembungkaman Kebebasan Pers

Liputan media terkait serangan di Jenin juga mengalami kendala besar. Palestine TV melaporkan bahwa tentara Israel memaksa kru mereka menghentikan siaran langsung, menyita kamera dan ponsel, serta mengancam akan menyerbu kantor mereka.

"Kami bahkan dikejar saat mencoba mundur. Mereka jelas tidak ingin kami melaporkan apa yang terjadi," ujar Amna Bilalo, seorang reporter Palestine TV. "Kami memperkirakan kantor kami akan diserbu kapan saja," tambahnya.

Kerusakan Infrastruktur dan Krisis Kemanusiaan

Serangan Israel menyebabkan kerusakan luas pada infrastruktur sipil. Banyak rumah warga dirusak, sementara wilayah tersebut telah lama mengalami krisis karena tidak adanya pasokan listrik dan air bersih selama lebih dari 45 hari akibat serangan sebelumnya oleh Otoritas Palestina (PA).

 

Seorang warga kamp Jenin, Mohammad Salah, menjelaskan bahwa kota tersebut sudah dalam situasi kritis sebelum serangan Israel dimulai. "Kami telah menderita selama 45 hari terakhir akibat serangan PA. Ketika pasukan Israel menyerbu, situasinya menjadi jauh lebih buruk – dengan serangan, pemboman, dan para syuhada yang tergeletak di jalanan," ungkapnya.

Pada Desember 2024, PA meluncurkan operasi keamanan besar-besaran di Jenin yang melibatkan pengepungan, penembakan terhadap warga sipil tak bersenjata, serta bentrokan dengan pejuang lokal. Serangan ini menewaskan dan melukai banyak warga Palestina sebelum Israel memulai operasinya minggu ini.

Operasi Militer Israel: "Iron Wall"

Serangan Israel di Jenin merupakan bagian dari operasi militer berskala besar yang disebut "Iron Wall", hanya beberapa hari setelah gencatan senjata di Gaza diberlakukan. Operasi ini mencakup pemboman besar-besaran di bagian utara Jenin yang disertai dengan invasi darat.

Operasi ini melibatkan pengerahan pasukan dalam jumlah besar, termasuk unit khusus dan agen Shin Bet, yang direncanakan berlangsung selama beberapa hari. Tujuannya adalah menghancurkan perlawanan lokal di Jenin, sebuah kota yang telah lama menjadi simbol perlawanan Palestina di Tepi Barat.

"Ketika pasukan Israel menyerbu, situasinya menjadi sangat sulit, terutama dengan adanya pemboman dan banyaknya korban tewas dan luka-luka. Kami benar-benar kelelahan," kata Mohammad.

Krisis Kemanusiaan yang Memburuk

Situasi di Jenin semakin memburuk dengan adanya pembatasan akses medis, pengungsian paksa, dan krisis kemanusiaan lainnya. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal dan tidak memiliki jaminan keselamatan.

"Mereka membuat hidup kami tidak tertahankan. Ini adalah hukuman kolektif," ujar seorang warga yang meminta namanya dirahasiakan.

Dengan serangan ini, Jenin kembali menjadi pusat perhatian dunia. Namun, meskipun situasinya semakin kritis, respons internasional terhadap krisis ini masih minim. Warga Palestina terus menghadapi penderitaan di bawah pendudukan militer Israel yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

 


Komentar