JAKARTA, TORONEWS.BLOG - Kabar mengejutkan datang dari dunia hiburan global. Penyanyi asal Inggris, Jessie J dikabarkan tengah berjuang melawan kanker payudara.
Melalui unggahan emosional di media sosial, pelantun lagu ‘Price Tag’ ini mengungkapkan kondisi kesehatannya yang tengah menurun dan menyampaikan harapan agar masyarakat lebih peduli terhadap deteksi dini dan kesehatan mental selama masa pengobatan.
Pengakuan Jessie J yang mengidap kanker payudara stadium awal tersebut menggugah kesadaran publik terhadap penyakit yang masih menjadi momok bagi banyak perempuan di dunia ini.
Lantas, apa itu kanker payudara? Seberapa umumkah penyakit ini, dan bagaimana cara mengenali gejala awalnya?
Dilansir dari laman resmi World Health Organization (WHO), kanker payudara adalah jenis kanker yang berkembang di sel-sel payudara, khususnya pada saluran susu (ductal carcinoma) atau lobulus (lobular carcinoma). Penyakit ini terjadi ketika sel-sel di payudara tumbuh secara tidak terkendali dan membentuk benjolan atau tumor yang bisa menyebar ke jaringan lain.
Menurut data dari WHO kanker payudara merupakan kanker paling umum yang menyerang perempuan di seluruh dunia, dengan lebih dari 2,3 juta kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker payudara menjadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker pada perempuan, mengalahkan kanker serviks.
Kanker payudara stadium awal seperti yang diderita Jessie J adalah tahap awal dari perkembangan kanker di jaringan payudara. Di mana sel-sel kanker masih terbatas pada area asalnya dan belum menyebar secara luas ke jaringan sekitarnya atau ke bagian tubuh lain.
Diagnosis pada tahap ini sangat penting karena tingkat kesembuhan cenderung tinggi bila ditangani dengan cepat dan tepat. Gejala Kanker Payudara yang Perlu Diwaspadai Salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi kanker payudara adalah kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap gejala awal.
Banyak penderita datang ke fasilitas kesehatan ketika penyakit sudah memasuki stadium lanjut. Padahal, semakin dini terdeteksi, semakin besar pula kemungkinan untuk sembuh. Berikut beberapa gejala umum kanker payudara, dilansir dari laman Halodoc:
- Benjolan atau penebalan pada payudara atau di bawah ketiak -
- Perubahan bentuk atau ukuran payudara Kemerahan atau pengelupasan kulit di sekitar puting
- Puting tertarik ke dalam
- Keluar cairan dari puting (bukan ASI), bisa disertai darah
- Rasa nyeri yang tidak terkait dengan siklus menstruasi
- Setiap perempuan disarankan untuk melakukan Sadari (Periksa Payudara Sendiri) secara rutin setiap bulan, idealnya 7–10 hari setelah menstruasi.
Deteksi Dini dan Pemeriksaan Medis
Untuk memastikan diagnosis, pemeriksaan medis sangat diperlukan. Pemeriksaan yang biasa dilakukan meliputi:
- Mammografi: Pemeriksaan sinar-X untuk mendeteksi tumor yang tidak teraba
- Ultrasonografi (USG) payudara: Untuk melihat struktur jaringan payudara
- Biopsi: Pengambilan sampel jaringan untuk diperiksa secara mikroskopik
- MRI payudara: Digunakan untuk kasus tertentu dengan risiko tinggi Perempuan di atas usia 40 tahun disarankan untuk melakukan mammografi secara rutin setidaknya dua tahun sekali.
Namun, bagi yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara, skrining bisa dimulai lebih awal. Faktor Risiko Meskipun penyebab pasti kanker payudara belum diketahui secara pasti, beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengidap penyakit ini antara lain:
- Riwayat keluarga dengan kanker payudara Usia di atas 40 tahun
- Paparan hormon estrogen jangka panjang (menstruasi dini, menopause terlambat)
- Gaya hidup tidak sehat: merokok, konsumsi alkohol, obesitas
- Tidak menyusui atau tidak pernah melahirkan
- Mutasi genetik (BRCA1 dan BRCA2)
Namun, penting diingat bahwa seseorang bisa mengidap kanker payudara meskipun tidak memiliki faktor risiko yang jelas. Kanker payudara bukan akhir dari segalanya. Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, banyak pasien bisa hidup normal dan produktif.
Selain itu, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko kanker payudara, di antaranya:
- Menjaga berat badan ideal
- Olahraga secara rutin
- Pola makan sehat dan rendah lemak jenuh
- Menghindari konsumsi alkohol
- Menyusui jika memungkinkan
- Hindari terapi hormon jangka panjang tanpa pengawasan medis.