Toronews.blog
Ada ide mindblowing menjurus ke mindless dari salah satu pejabat Senayan yang bikin jidat netizen mengernyit. Ketua DPD RI Sultan B. Najamudin nyaranin kalau dana zakat dipakai buat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sultan bilang ini bisa jadi solusi biar anak-anak Indonesia makan enak dan bergizi.
"Contoh, bagaimana kita menstimulus agar masyarakat umum pun terlibat dalam program Makan Bergizi Gratis ini, di antaranya saya kemarin juga berpikir kenapa enggak ya zakat kita yang luar biasa besarnya juga kita mau libatkan ke sana (program MBG)," ujarnya begitu pas abis Sidang Paripurna Ke-10 DPD RI Masa Sidang III Tahun 2024–2025 di Senayan, Selasa (14/1/2025).
Berangkat dari semangat gotong royong khas Indonesia, Sultan bilang, “DNA kita ini kan dermawan, suka bantu-bantu. Kenapa nggak sekalian aja dimanfaatkan buat sesuatu yang besar kayak MBG?”
Enggak berhenti di situ, Sultan makin semangat ngejelasin idenya.
Bahkan, Sultan ngarep duit zakat ini bisa meringankan beban pemerintah buat nambah anggaran MBG. Masih belum puas? Sultan lanjut lagi nih.
"Saya melihat begini, memang negara pasti di bawah Pak Prabowo-Mas Gibran ini betul-betul ingin program Makan Bergizi Gratis ini maksimal. Hanya saja 'kan kita tahu semua bahwa anggaran kita juga tidak akan semua dipakai untuk makan gizi gratis."
Kayak simpel banget idenya, ya? Zakat dikumpulin, terus langsung dipake buat makan gratis. Apa bro nggak paham kalau penyaluran zakat itu ada aturan main fiqihnya?
Oh ya, Sultan juga sempat jualan program MBG ke negara lain, lho. Dia bilang ke para duta besar biar mereka ikutan nyumbang.
"Saya sampaikan tolong dong negara kami punya program andalan yang namanya Makan Bergizi Gratis. Tolong juga kalau negara-negara luar juga ingin berkontribusi. Nah, ternyata kemarin juga kita senang Jepang sudah mulai ikut support kita," ujarnya.
Zakat Bukan Duit "Semua Orang"
Sampai sini, idenya Sultan kayaknya brilian banget, ya? Eh, tapi sabar dulu, bung. Masalahnya, zakat itu nggak kayak kue ulang tahun yang bisa dipotong-potong terus dikasih ke siapa aja. Ada aturan fikih yang jelas soal ini, lho.
Zakat itu cuma buat delapan golongan penerima alias asnaf, kayak fakir, miskin, amil, dan sebagainya. Jadi, kalau program makan gratis ini ditujukan buat semua siswa sekolah—termasuk yang anak sultan—itu jelas nggak nyambung sama aturan zakat.
Ketua Baznas, Noor Achmad, sampe ngingetin lagi soal aturan ini.
"Kalau memang untuk mustahik, apakah itu untuk makan bergizi gratis ataupun yang lain, tidak apa-apa. Tapi kalau untuk semua orang, ya nggak bisa," katanya.
Noor juga ngingetin bahwa target MBG itu luas banget. Kalau nggak hati-hati, malah bakal ngabisin dana zakat buat orang-orang yang sebenernya nggak berhak. Dia menjelaskan tidak mungkin untuk memverifikasi satu per satu mengingat latar belakang siswa dalam satu sekolah saja bermacam-macam.
"Kita nggak bisa mengukur itu ya. Karena makan gratis ini kan banyak, banyak orang. Sehingga kita juga nggak bisa verifikasi satu per satu. Tetapi intinya, kalau misalnya saja itu digunakan untuk mereka yang fakir miskin, nggak masalah," kata dia.
Ia menegaskan dana zakat siap dikucurkan kapan saja, tetapi dalam rangka untuk memberdayakan ekonomi umat. Sementara untuk mendukung Program MBG maka harus dilakukan kajian yang mendalam agar tepat sasaran.
Gus Yahya, Ketua Umum PBNU juga setuju nih, zakat itu nggak boleh dipakai sembarangan. Dia bilang, “Kalau zakat ini mungkin perlu lebih dirinci. Karena zakat ini harus diterima oleh kelompok-kelompok yang spesifik yang di dalam wacana fikih sebagai kelompok-kelompok yang menjadi target yang diperbolehkan menerima zakat, tidak semua orang boleh ikut menerima.”
Gus Yahya menjelaskan dibandingkan uang zakat, uang infak atau sedekah lebih fleksibel penggunaannya.
“Saya kira kalau infak dan sedekah, itu bisa aja lebih luas. Tapi kalau zakat, kita mesti hati-hati karena cuma buat kelompok spesifik,” lanjutnya.
BGN Fokus APBN Dulu
Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, lebih milih fokus ke anggaran APBN yang udah disiapin. Tahun ini aja, DPR ngucurin Rp71 triliun buat program MBG. “BGN fokus dana APBN Rp71 triliun dulu ya,” kata Dadan.
Dengan anggaran segitu, program ini bisa nyasar 82,9 juta penerima manfaat. Jadi, ngapain buru-buru nyomot duit zakat?
Dadan juga bilang, buat sementara, program ini baru bisa jalan buat tiga juta orang penerima manfaat, sambil melibatkan 932 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai daerah.
Kalau dipikir-pikir, ide Sultan ini emang mindblowing, tapi juga rada mindless. Iya, sih, gotong royong itu DNA orang Indonesia, tapi gak berarti aturan main soal zakat dikesampingkan gituh ajah, bukan?