Toronews.blog
Seorang ibu rumah tangga berusia 68 tahun meninggal dunia di Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Indonesia. Ia diduga mengalami kelelahan setelah menunggu antrean panjang untuk membeli gas elpiji 3 kg, pada Senin, 3 Februari 2025.
Korban yang beinisial Y tersebut juga dikenal sebagai pedagang nasi uduk. Menurut kerabatnya, Y telah menunggu selama berjam-jam di agen gas yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya. Setelah mengantre, ia terlihat lelah sebelum tidak sadarkan diri
Reaksi dari keluarga dan tetangga sangat emosional. Dedi, kerabat korban, menjelaskan bahwa Y tidak menunjukkan tanda-tanda sakit sebelum berangkat untuk mencari gas. Tetangganya, Ramadhan, menambahkan bahwa Y sempat duduk di rumah setelah pulang dari antrean, namun tidak lama kemudian ia ditemukan tidak sadarkan diri.
Penyebab meninggalnya korban
Kematian Y diduga akibat kelelahan setelah menunggu antrean panjang. Beberapa saksi mengungkapkan bahwa sebelum berangkat, korban tampak sehat dan tidak mengeluh tentang kondisi fisik. Setelah mendapatkan gas, Y tidak dapat melanjutkan ke rumah dan pingsan dalam perjalanan. Penyakit mendadak ini membuat keluarga segera membawanya ke rumah sakit, tetapi nyawanya sudah tidak tertolong.
Kondisi yang dialami Y menunjukkan betapa beratnya perjuangan untuk mendapatkan gas elpiji, di mana selama antrean korban terlihat sangat kelelahan. Keluarga merasa terpukul dengan kejadian tersebut, dan berharap insiden ini bisa menyadarkan relevansi permasalahan akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar.
Kebijakan baru penjualan gas elpiji
Penduduk setempat percaya bahwa kematian Y terkait dengan implementasi kebijakan baru mengenai penjualan gas elpiji. Sejak 1 Februari 2025, pemerintah mencabut izin penjualan gas elpiji 3 kg pada pedagang eceran, yang sebelumnya dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Pembelian kini hanya dapat dilakukan di pangkalan resmi Pertamina.
Kebijakan baru ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah kelangkaan gas elpiji dan untuk memastikan harga yang tepat. Meskipun demikian, perubahan tersebut membuat masyarakat kesulitan dalam mendapatkan gas, yang berdampak pada antrean panjang di pangkalan resmi. Banyak masyarakat yang merasa bahwa mereka harus rela antre berjam-jam demi kebutuhan rumah tangga.
Dampak kelangkaan gas elpiji
Kelangkaan gas elpiji 3 kg menjadi masalah serius bagi warga yang selama ini mengandalkan akses mudah ke barang tersebut. Kenaikan antrean dan waktu tunggu di pangkalan resmi semakin diperburuk dengan antrian yang panjang dan sistem pendistribusian yang baru. Situasi ini membuat banyak masyarakat berpikir keras untuk mendapatkan gas elpiji, dengan waktu antre yang bisa mencapai berjam-jam.
Pertamina mengeluarkan pernyataan terkait situasi ini, menegaskan bahwa mereka berupaya untuk menyediakan gas elpiji dengan harga yang lebih murah melalui penjualan langsung di pangkalan resmi. Namun, di lapangan, kondisi ini justru menimbulkan kesulitan bagi warga yang berdampak pada kesejahteraan sehari-hari. Pertamina berjanji untuk terus berupaya mengatasi masalah kelangkaan ini agar kebutuhan energi masyarakat dapat terpenuhi dengan baik.
Insiden meninggalnya Y, seorang ibu rumah tangga di Pamulang, menjadi cerminan serius mengenai dampak dari kebijakan baru dan kelangkaan gas elpiji. Diharapkan melalui peristiwa ini, pemerintah dan instansi terkait dapat lebih perhatian dan responsif dalam menangani masalah yang dihadapi masyarakat, khususnya pada akses kebutuhan pokok.