Toronews.blog
Mantan politisi PDI Perjuangan (PDIP) Effendi Simbolon baru-baru ini membuat pernyataan kontroversial dengan menyerukan Megawati Soekarnoputri agar mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PDIP.
Menurut Effendi, keberadaan Megawati di pucuk pimpinan telah lama dan ia menilai kepemimpinan Megawati tidak lagi efektif, terutama setelah penetapan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Effendi berargumen bahwa kasus hukum yang melibatkan Hasto merupakan masalah serius yang memerlukan pertanggungjawaban dari pemimpin partai.
"Dia harus mengundurkan diri, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas, ini kan masalah serius masalah hukum, bukan masalah sebatas etika yang digembar-gemborkan," kata Effendi usai menghadiri acara di Kementerian Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Jakarta, seperti dikutip dari detikcom.
Efendi juga menyatakan bahwa keputusan untuk meminta Megawati mundur bukan semata-mata soal regenerasi, melainkan tantangan besar terhadap integritas kepemimpinan di PDIP.
"Sudah waktunya pembaharuan yang total," terang Effendi.
Ia percaya bahwa pergantian hingga tingkat ketua umum sangat penting agar partai bisa melanjutkan misinya dengan baik, terutama di tengah situasi hukum yang mengancam.
Pandangan Effendi tentang kepemimpinan PDIP
Effendi mengungkapkan bahwa PDIP seharusnya dijadikan sebagai institusi yang menjunjung tinggi akuntabilitas. Dalam pandangannya, partai bukanlah milik perorangan dan harus berfungsi dalam kerangka hukum yang jelas.
"Partai ini diatur oleh UU Parpol dan karenanya harus dipertanggungjawabkan kepada publik," ujarnya.
Ia merasa prihatin atas situasi saat ini, di mana seorang Sekjen terjerat masalah hukum, yang merupakan hal yang belum pernah terjadi selama ia berkecimpung di PDIP.
Hal ini menimbulkan tanda tanya besar mengenai efektivitas kepemimpinan di struktur partai, terutama di era modern yang penuh tantangan politik.
Penetapan Hasto sebagai tersangka berimplikasi besar bagi PDIP. Hasto dituduh terlibat dalam kasus dugaan suap yang melibatkan penggantian antarwaktu anggota DPR.
Situasi ini tidak hanya mencoreng nama baik PDIP, tetapi juga menjadi refleksi dari krisis kepercayaan masyarakat terhadap partai politik yang pernah digadang-gadang sebagai simbol keberhasilan reformasi.
Effendi percaya bahwa Hasto, sebagai pemimpin penting di partai, seharusnya mengundurkan diri untuk memberikan ruang bagi pembenahan struktural dan moral dalam institusi tersebut.
Tanggapan dari PDIP dan Kader Tentang Pernyataan Effendi Simbolon
Menanggapi seruan Effendi, Guntur Romli sebagai Juru Bicara PDIP merespon dengan nada ringan. Ia menyebut bahwa pernyataan tersebut mungkin merupakan hasil dari pertemuan antara Effendi dan Presiden Joko Widodo sebelum pernyataan itu muncul.
Guntur berasumsi bahwa Effendi berusaha mencari panggung dengan menggunakan kembali isu lama, yang dinilai tidak memiliki substansi pemerintahan yang jelas.
Guntur juga mengkritisi pernyataan Effendi sebagai upaya untuk menjatuhkan eksistensi partai.
"Ada yang mau mengacak-acak partai," tegas Guntur.
Politikus lainnya dari PDIP, Andreas Hugo Pareira, turut memberikan tanggapan terhadap kritik Effendi. Ia berharap agar Effendi tidak hanya menjadi corong untuk kepentingan Jokowi semata.
Dalam hal ini, Andreas menegaskan bahwa Effendi harus memiliki kapasitas untuk mengkritisi partai dengan konstruktif, bukannya sekadar mengikuti arus politik yang menguntungkan pihak tertentu.
Andreas mempertanyakan bagaimana Effendi, yang telah dipecat dari partai, dapat memberikan kritik yang valid. Dalam pandangannya, kritik harus dilandasi dengan pemahaman yang mendalam tentang struktur dan budaya partai itu sendiri.
Dugaan politisasi kasus Hasto dari pihak tertentu
Kritik yang dilontarkan oleh Effendi juga menarik perhatian terkait isu politisasi. Di dalam PDIP, terdapat anggapan bahwa penetapan Hasto sebagai tersangka merupakan bagian dari usaha untuk mendiskreditkan partai dan menekan Megawati agar mundur.
Hal ini menciptakan suasana curiga di kalangan kader PDIP bahwa ada pihak-pihak tertentu yang berusaha untuk mengambil keuntungan dari situasi ini.
Banyak anggota PDIP menganggap bahwa upaya untuk memaksa Megawati mundur adalah langkah yang tidak etis, mengingat ia telah berjuang keras untuk membangun partai tersebut.
Dalam pandangan kader, dampak psikologis dari seruan Effendi berpotensi melukai solidaritas yang telah dibangun di antara anggota partai.