Duka Ibu di Gaza Palestina, Kehilangan Bayi Usai Diterkam Anjing Tentara Israel

28 Jun 2025 | Penulis: onenews

Duka Ibu di Gaza Palestina, Kehilangan Bayi Usai Diterkam Anjing Tentara Israel

Toronews.blog

Tahrir Husni al-Arian, yang sedang hamil sembilan bulan, menyaksikan serpihan dagingnya jatuh ke lantai ketika seekor anjing militer Israel menerkam pahanya dengan brutal.

Ibu tiga anak asal Palestina ini tengah berada di rumah bersama suami dan anak-anaknya di Khan Younis, Gaza Selatan, ketika militer Israel menyerbu lingkungan al-Manara tempat tinggal mereka pada 24 Oktober 2024.

Serangan anjing yang berlangsung sekitar 10 menit itu meninggalkan luka mendalam dan rasa sakit yang tak tertahankan, memicu komplikasi yang bertahan selama berbulan-bulan hingga akhirnya merenggut nyawa bayi yang dilahirkannya.

Sejak kejadian tersebut, perempuan berusia 34 tahun ini tidak mampu kembali ke rumahnya sendiri, terperangkap dalam trauma yang mendalam.

Malam Mencekam di Khan Younis

Cerita ini bermula saat keluarganya akhirnya bisa kembali ke rumah mereka setelah lama mengungsi akibat perang. Kawasan tersebut tampak aman, tanpa jejak pasukan Israel, hingga ketenangan itu sirna sekitar pukul 8 malam ketika serangan mulai mengguncang.

"Mereka tiba-tiba membombardir area ini dengan rudal, dan cahaya suar menerangi langit," kenang Tahrir.

Karena tidak dapat meninggalkan gedung, ia bersama keluarganya berlindung di apartemen adik iparnya di lantai bawah. Di tengah ketakutan, mereka mendengar langkah kaki mendekat.

"Suami saya bilang, ‘Itu tentara,’" ucapnya. Namun, ketika pintu terbuka, mereka melihat seekor anjing besar berwarna hitam pekat, dengan kamera dan lampu di kepalanya.

Serangan Brutal Sang Anjing

Anjing itu menyerbu ke arah mereka yang tengah bersembunyi di kamar mandi. Mereka mencoba menutup pintu, tetapi anjing itu menerobos masuk. "Anjing itu tidak seperti anjing biasa. Ukurannya seperti singa," kata Tahrir.

Anjing tersebut pertama-tama menyerang adik perempuannya yang sedang hamil tujuh bulan, merobek pakaian shalatnya. Kemudian, ia kembali dan menyerang Tahrir, mencengkeram pahanya dengan taring dan mencakar tubuhnya dengan cakar yang tajam.

 

Suaminya dan anggota keluarga lainnya mencoba menarik anjing itu, tetapi tidak berhasil. Tahrir terseret di lorong rumahnya, menyaksikan serpihan dagingnya jatuh ke lantai.

"Butuh empat tentara Israel untuk menghentikan anjing itu," ungkapnya.

Trauma yang Tak Kunjung Pulih

Setelah serangan itu, tentara Israel mengubah apartemennya menjadi basis militer, memisahkan laki-laki dan perempuan, serta menginterogasi para pria. Tahrir, yang tidak bisa berdiri karena luka parah di kakinya, tetap tergeletak di lantai kamar mandi.

Ketika ambulans akhirnya datang, Tahrir tidak ingin pergi. Ketakutan akan serangan lebih lanjut membuatnya memilih bertahan di rumah hingga ambulans terakhir tiba menjelang fajar.

Di rumah sakit Nasser yang rusak parah, dokter memberinya suntikan anti-toksin dan menjahit luka selebar 15 sentimeter di pahanya. Dokter memperingatkan bahwa ia mungkin tidak dapat melahirkan secara normal dan harus menjalani operasi caesar.

Kehilangan yang Tak Terbayangkan

Seminggu setelah serangan itu, Tahrir melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Ibrahim. Namun, kondisi bayi tersebut sangat kritis. Dokter menyatakan bahwa infeksi akibat luka di pahanya memperburuk keadaan.

Keesokan harinya, berita buruk datang. "Anak saya meninggal di dalam inkubator. Ada harapan dia bisa hidup, tapi serangan anjing itu menghancurkan semuanya," katanya.

Hingga kini, Tahrir masih berjuang dengan luka fisik dan trauma psikologis. Ia tidak bisa berjalan dengan normal, tidur dengan lampu menyala, dan merasa ketakutan setiap saat. "Saya kehilangan kepercayaan pada semua orang," ucapnya lirih.

Tragedi ini adalah pengingat menyakitkan tentang dampak kekerasan yang terus-menerus melanda Gaza, meninggalkan luka yang tidak hanya terlihat di tubuh, tetapi juga di hati mereka yang selamat.

Sumber: Middle East Eye

 


Komentar