MENGHADAPI anak lebih dari satu dengan usia yang berbeda-beda bukanlah hal yang mudah. Bisa jadi Moms dihadapkan si adik tantrum, di saat bersamaan si kakak minta perhatian lebih.
Mendampingi anak bukan tentang memiliki semua jawaban, tetapi tentang berada di tengah keluarga dengan tenang dan baik hati, bahkan saat keadaan terasa kacau.
Menghadapi itu semua, ada jalan tengahnya yakni gaya pengasuhan mercusuar. Yaitu tentang tampil sebagai cahaya yang tenang dan membimbing tegas tetapi tidak pernah kasar, hadir tetapi tidak arogan.
Seperti Apakah Parenting Mercusuar?
Jauh di lubuk hati, setiap anak hanya mencari seseorang yang melihat mereka, mendengar mereka, dan tinggal bersama mereka. Maka sebagai orangtua, tidak perlu mengendalikan ombak, jadilah pantai yang selalu dapat mereka temukan.
Berangkat dari pemikiran tersebut, gaya parenting Mercusuar adalah pendekatan yang seimbang dalam membesarkan anak, di mana orangtua bertindak sebagai pemimpin yang stabil, memberikan dukungan, struktur, dan rasa aman, sambil membiarkan anak-anak mereka cukup mandiri untuk tumbuh dan belajar.
Konsep ini diperkenalkan oleh Dr. Kenneth Ginsburg, seorang dokter anak dan spesialis kedokteran remaja. Konsep ini menggambarkan orangtua sebagai “mercusuar”, suar yang terlihat, dapat dipercaya tapi tidak mengganggu, dan mampu membantu anak-anak menghadapi tantangan hidup.
Secara tidak sadar orangtua terkadang mengontrol atau mengatur secara mendetail. Namun pada konsep parenting mercusuar menetapkan harapan yang jelas, menjadi contoh perilaku yang baik, dan tetap tersedia secara emosional, tanpa harus menyelesaikan setiap masalah bagi anak mereka.
Contohnya, ketika seorang remaja gagal dalam ujian matematika, orangtua yang baik tidak menghukum dengan keras atau mengabaikannya. Sebaliknya, mereka menawarkan empati, "Itu pasti membuat kamu frustrasi". Membantu anak dan membimbing mereka untuk membuat rencana belajar, serta membiarkan anak tersebut bertanggung jawab sambil mengetahui bahwa dukungan selalu ada di dekatnya.
5 Cara Penerapan Parenting Mercusuar
Setiap anak membutuhkan kebebasan untuk tumbuh dan seseorang yang dapat diandalkan untuk bersandar dan di situlah titik tekan gaya parenting mercusuar. Gaya ini menciptakan keseimbangan yang bijaksana antara keterlibatan dan pemberian ruang. Gaya pengasuhan mercusuar adalah tentang membimbing dengan tujuan, bukan kontrol.
Berikut adalah lima fitur utama yang mendefinisikan pendekatan parenting mercusuar yang berakar pada kehangatan, kejelasan, dan keamanan emosional.
1. Menetapkan Ekspektasi yang jelas Tanpa Bersikap Kaku
Parenting mercusuar percaya pada batasan yang tegas namun adil . Mereka tidak mendikte setiap gerakan, tetapi mereka memberikan struktur dan konsistensi. Anak-anak tumbuh ketika mereka tahu apa yang diharapkan dari mereka dan apa konsekuensinya, tanpa takut akan hukuman atau rasa malu.
Dalam Jurnal Ilmu Pengetahuan Manusia dan Ekstensi menyatakan, bahwa program Boundaries meningkatkan hubungan orangtua-remaja dan memperbaiki penetapan batasan, serta keterampilan sosial dalam keluarga. Pola asuh seperti ini menghindari sikap terlalu ketat atau terlalu permisif. Aturannya masuk akal, sesuai usia, dan dikomunikasikan dengan baik. Parenting mercusuar terbuka untuk mendengarkan, tetapi mereka tetap memegang kendali saat dibutuhkan.
Contoh: Seorang anak berusia 10 tahun diharapkan menyelesaikan pekerjaan rumahnya sebelum bermain HP. Aturan ini tidak dapat dinegosiasikan, tetapi dijelaskan dengan hati-hati, bukan ancaman.
2. Menawarkan Ketersediaan dan Koneksi Emosional
Salah satu alat paling ampuh dalam perangkat orangtua yang cerdas adalah kehadiran emosional. Orangtua ini hadir tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental dan emosional. Mereka memberi ruang bagi perasaan anak-anak mereka tanpa mengabaikannya atau mencoba memperbaiki semuanya.
Baik itu kesedihan, kemarahan, atau kecemasan, orangtua yang memiliki sikap terbuka akan memvalidasi emosi tersebut sebelum membimbing anak melewatinya. Hubungan ini membangun kepercayaan dan rasa aman.
Namun, bukan berarti menghadapi anak tidak membuat Moms stress menghadapi situasi. Namun, berusahalah tenang dan memperbaiki diri.
Contoh: Ketika anak pulang sepulang sekolah, dengarlah dengan sabar masalah mereka. Tumbuhkan empati, "Kedengarannya sulit. Mau membicarakannya atau duduk bersama sebentar?"
3. Mendorong Kemandirian Sambil Tetap Mendukung
Orangtua yang baik tidak akan selalu mengawasi mereka membimbing dari jarak yang penuh rasa hormat . Mereka percaya bahwa anak-anak membutuhkan ruang untuk membuat pilihan, membuat kesalahan, dan belajar.
Dukungan itu ada, seperti mercusuar di lautan yang berombak, tetapi anak-anaklah yang harus mengendalikan kapalnya.
Sebuah makalah penelitian yang diterbitkan dalam Frontiers in Psychology menyatakan bahwa hubungan orangtua dan remaja yang suportif meningkatkan regulasi emosi remaja, yang mengarah pada peningkatan perilaku prososial dan berkurangnya agresi dan gejala depresi. Hal ini meningkatkan ketahanan, kepercayaan diri, dan pemecahan masalah. Ini adalah gaya yang mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan nyata, bukan sekadar mengikuti aturan.
Ini menunjukkan kepada mereka bahwa mereka dapat dipercaya, mampu, dan tidak pernah sendirian . Saat mereka jatuh, mereka tahu ada seseorang di dekat mereka untuk membantu mereka bangkit kembali, tanpa menghakimi.
Contoh: Seorang anak ingin mencoba mengikuti OSIS di sekolah. Orangtua menyemangatinya, membantu mereka berlatih jika diminta, tetapi membiarkan mereka memimpin persiapannya.
4. Mencontohkan Perilaku Sehat dan Pengendalian Emosi
Daripada berkata "lakukan apa yang aku katakan," lebih baik Moms menjalankan nilai-nilai yang mereka inginkan untuk diikuti anak-anak. Mereka mencontohkan kebaikan, kesabaran, penyelesaian dan konflik. Anak-anak memperhatikan dengan saksama bagaimana orangtua menanggapi stres, bagaimana mereka memperlakukan orang lain, dan bagaimana mereka mengelola kemarahan.
Dalam parenting mercusuar orang dewasa bertanggung jawab atas emosi dan reaksi mereka sendiri, dan hal itu mengajarkan anak-anak untuk melakukan hal yang sama. Ini bukan tentang kesempurnaan, ini tentang kejujuran, usaha, dan kesadaran diri. Anak-anak belajar bahwa tidak apa-apa untuk mengalami hari-hari buruk, selama kita terus berkembang.
Contoh: Setelah membentak di pagi yang sibuk, seorang orangtua meminta maaf dengan tenang: “Nah, Ibu sedang panik dan seharusnya tidak meninggikan suara. Saya sedang berusaha mengatasinya.”
5. Menciptakan Lingkungan Rumah yang Aman dan Penuh Rasa Hormat
Inti dari parenting mercusuar adalah rasa hormat yang mendalam terhadap anak sebagai pribadi. Rumah bukan tempat yang bebas bersikap untuk semua orang, tetapi merupakan tempat yang aman.
Kesalahan diperlakukan sebagai kesempatan belajar, bukan alasan untuk menghukum dengan pukulan atau teriakan. Disiplin didasarkan pada pengajaran, bukan rasa takut. Ketika rumah terasa aman secara emosional, anak-anak cenderung lebih terbuka. Hubungan itu menjadi dasar bagi kesejahteraan jangka panjang dan hubungan yang sehat.
Contoh: Seorang anak memecahkan sesuatu saat bermain. Daripada berteriak, lebih baik berkata, “Nak, mari kita bicarakan bagaimana kita bisa lebih berhati-hati lain kali, tapi bantuin Bunda dulu yuk membersihkan pecahan ini."