TEL AVIV, TORONEWS.BLOG – Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, secara tegas menyebut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kalah dalam perang di Jalur Gaza. Dalam pernyataan terbarunya, Lapid menilai perang yang dilancarkan sejak Oktober 2023 itu telah gagal mencapai tujuannya dan kini menemui jalan buntu.
"Apa yang kita lakukan di Gaza tidak berhasil. Perang telah mencapai jalan buntu. Sudah waktunya untuk mengakhiri perang. Para pemimpin harus paham kapan mengubah strategi ketika tidak lagi berhasil," kata Lapid melalui media sosial X.
Berikut tiga alasan utama Netanyahu dianggap kalah perang di Gaza menurut Lapid:
3 Alasan Netanyahu Disebut Kalah Perang di Gaza
1. Gagal Capai Tujuan Perang
Lapid menyebut operasi militer Israel di Gaza tidak menghasilkan apa-apa. Ia menegaskan bahwa strategi perang saat ini tidak membawa perubahan signifikan dan tidak mendekatkan Israel pada tujuan utamanya, yakni menghancurkan Hamas dan membebaskan para sandera.
"Tidak seorang pun mengerti lagi apa yang kita dapat dari semua ini," ujarnya, seperti dikutip dari Anadolu, Jumat (27/6/2025).
2. Pasukan Ditinggalkan, Jadi Sasaran Empuk
Lapid menuduh pemerintahan Netanyahu meninggalkan pasukan begitu saja di medan perang tanpa strategi yang jelas. Hal ini membuat para tentara menjadi sasaran empuk bagi serangan kelompok perlawanan Palestina.
Serangan terbaru yang menewaskan tujuh tentara Israel—termasuk seorang perwira—di Khan Younis, Gaza Selatan, disebut menjadi bukti kekacauan strategi militer Israel di bawah kepemimpinan Netanyahu.
3. Pengabaian Upaya Diplomatik dan Sandera
Menurut Lapid, Netanyahu terlalu fokus pada serangan militer dan mengabaikan diplomasi, termasuk kesepakatan pembebasan sandera. Padahal, sekitar 50 sandera Israel masih ditahan, dan hanya 20 yang diyakini masih hidup.
Lapid mendesak agar pemerintah memberikan kesempatan kepada Mesir untuk mengambil alih pengelolaan Jalur Gaza, sementara militer Israel hanya fokus menjaga perbatasan dan mencegah penyelundupan.
“Kita harus memberi kesempatan Mesir mengelola Jalur Gaza, sementara tentara Israel dikerahkan di sekitar Gaza untuk mencegah ancaman, mencegah penyelundupan, dan mencekik Hamas secara ekonomi,” kata Lapid.
Ia juga menambahkan bahwa kemenangan atas Hamas tidak bisa dicapai hanya dengan pengerahan militer besar-besaran, tetapi membutuhkan strategi, organisasi, dan waktu yang tepat.
Kritik keras dari Yair Lapid memperkuat narasi bahwa perang di Gaza justru menjadi blunder strategis bagi Netanyahu. Dengan meningkatnya korban di kalangan militer dan tanpa hasil diplomatik yang jelas, tekanan terhadap pemerintah Israel kini semakin besar.
"Perang ini tidak berjalan. Sudah waktunya untuk mengakhirinya," tegas Lapid.