DUBAI, TORONEWS.BLOG - Iran membantah akan melanjutkan perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS) setelah berakhirnya perang 12 hari melawan Israel. Para pejabat AS, termasuk Presiden Donald Trump, mendengung-dengungkan rencana pertemuan dengan Iran pada pekan depan.
Selain itu, utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menyebut akan ada perjanjian perdamaian menyeluruh dengan Iran.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi menyebut AS sengaja membesar-besarkan dampak serangan militernya hingga terkesan berhasil menekan negaranya. Araghchi mengatakan AS terlalu berspekulasi Iran akan datang ke meja perundingan. Dia menegaskan pernyataan para pejabat Iran itu tidak boleh dianggap serius.
"Saya ingin menyampaikan dengan jelas, tidak ada kesepakatan, pengaturan, atau pembicaraan yang telah dibuat untuk memulai perundingan baru," katanya, dalam pernyataan kepada stasiun televisi pemerintah Iran, dikutip Jumat (27/6/2025).
Pernyataan itu disampaikan Araghchi setelah parlemen Iran mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) untuk menghentikan kerja sama dengan badan pengawas nuklir PBB IAEA.
Di kesempatan lain, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menuduh Trump membesar-besarkan dampak serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, sekaligus menjadi penampilan pertamanya sejak perang berahir, Khamenei memuji kemenangan yang diraih Iran atas Israel. Dia juga bersumpah bahwa Iran tidak akan pernah menyerah pada tekanan AS.
Selain itu, kata dia, AS telah menerima tamparan keras dan memalukan dari Iran.
"Presiden Amerika membesar-besarkan kejadian dengan cara tidak biasa, dan ternyata dia butuh hal lain untuk dibesar-besarkan," kata Khamenei, seraya membantah klaim AS bahwa program nuklir Iran mengalami kemunduran setelah serangan pada 22 Juni.