Harga minyak naik hampir 1% pada hari Rabu, pulih dari penurunan tajam awal minggu ini, karena data menunjukkan permintaan AS yang relatif kuat, dan karena investor menilai stabilitas gencatan senjata antara Iran dan Israel.
Harga minyak mentah Brent naik 54 sen, atau 0,8%, menjadi $67,68 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir naik 55 sen, atau 0,9%, menjadi $64,92, keduanya memangkas sebagian dari kerugian 13% yang terjadi di awal minggu.
Setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata pada hari Selasa, Brent menetap pada level terendah sejak 10 Juni dan WTI berakhir pada level terendah sejak 5 Juni karena berkurangnya risiko pasokan Timur Tengah.
Harga minyak telah meningkat setelah 13 Juni, ketika Israel melancarkan serangan mendadak terhadap fasilitas militer dan nuklir utama Iran. Harga mencapai titik tertinggi dalam lima bulan setelah AS menyerang fasilitas nuklir Iran selama akhir pekan.
"Meskipun kekhawatiran mengenai pasokan Timur Tengah telah berkurang untuk saat ini, kekhawatiran tersebut belum sepenuhnya hilang, dan masih ada permintaan yang lebih kuat untuk pasokan segera," kata analis ING dalam catatan klien.
Harga mendapat dukungan dari data pemerintah hari Rabu yang menunjukkan persediaan minyak mentah, bensin, dan sulingan AS turun minggu lalu.
Data menunjukkan, persediaan minyak mentah turun sebanyak 5,8 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan sebanyak 797.000 barel.
Persediaan bensin secara tak terduga turun sebanyak 2,1 juta barel, dibandingkan dengan perkiraan penambahan sebanyak 381.000 barel karena pasokan bensin, yang merupakan proksi permintaan, naik ke level tertinggi sejak Desember 2021.
"Kami mengamati penarikan besar secara menyeluruh," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group. "Laporan jenis ini dapat difokuskan kembali pada penawaran dan permintaan AS, dan tidak terlalu berfokus pada geopolitik."
Sejumlah data ekonomi makro AS yang dirilis semalam, termasuk data keyakinan konsumen, menunjukkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan di konsumen minyak terbesar dunia, sehingga memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve tahun ini.
Harga minyak kemungkinan akan terkonsolidasi pada level sekitar $65-70 per barel karena para pedagang menanti lebih banyak data ekonomi makro AS minggu ini dan keputusan suku bunga Fed, kata analis pasar independen Tina Teng.
Pasar bertaruh bahwa Fed dapat memangkas suku bunga AS paling cepat pada bulan September, yang biasanya akan memacu pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.