LONDON, TORONEWS.BLOG - Keberadaan Pemimpi Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menjadi misteri selama perang melawan Israel sejak 13 Juni. Beberapa pengamat mengungkapkan, pria 86 tahun itu mungkin bersembunyi di bunker selama perang yang berlangsung hampir 2 pekan untuk menghindari pembunuhan.
Khamenei mungkin bersembunyi, tanpa akses komunikasi, untuk menghindari sabotase. Agen-agen badan intelijen Israel Mossad sangat mungkin sudah menyusupi lembaga-lembaga militer Iran untuk mengumpulkan data.
Sementara para pejabat militer Iran menjadi sasaran empuk Israel, Khamenei tak diketahui keberadaannya. Bahkan pejabat tinggi pemerintah tampaknya tidak pernah berhubungan dengannya.
Selama perang, Israel dengan cepat menguasai sebagian besar wilayah udara Iran, meski tak sepanjang waktu. Serangan di hari pertama saja berdampak pada kematian pemimpin Garda Revolusi Islam (IRGC) dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata.
Tingkat kerusakan fasilitas militer belum jelas dan diperdebatkan, namun pengeboman berulang kali terhadap pangkalan dan instalasi mungkin menurunkan kemampuan kekuatan militer Iran.
Lina Khatib, peneliti tamu di Universitas Harvard, mengatakan serangan Israel mungkin menjadi awal dari pengujung rezim Iran saat ini.
"Sulit untuk memperkirakan berapa lama lagi rezim Iran bisa bertahan hidup di bawah tekanan begitu signifikan, tapi ini tampak seperti awal dari akhir," kata Khatib, seperti dikutip dari BBC.
"Ali Khamenei kemungkinan akan menjadi 'Pemimpin Tertinggi' terakhir Republik Islam dalam arti sebenarnya," katanya, melanjutkan.
Sempat muncul isu adanya perbedaan pendapat di tingkat pimpinan Iran mengenai pergantian rezim guna menghindari tekanan dari negara Barat. Selama puncak masa perang, kantor berita semi-resmi Iran melaporkan beberapa mantan pejabat Iran mendesak para ulama ikut campur untuk melakukan perubahan kepemimpinan.
"Akan ada perhitungan," kata Ali Ansari, direktur sekaligus pendiri Institut Studi Iran Universitas St Andrews.
"Jelas sekali ada perbedaan pendapat besar dalam kepemimpinan dan ada juga ketidakpuasan yang besar di antara masyarakat biasa," katanya.
Namun di sisi lain, sesuai hasil penelitian, sebagian besar rakyat Iran mendukung pembalasan terhadap Israel. Setelah pengumuman gencatan senjata, ribuan orang turun ke jalan di berbagai kota merayakan kemenangan sekaligus dukungan mereka kepada para pemimpin Iran.
Serangan Iran ke Israel juga membuka mata dunia bahwa negara itu sanggup mempertahankan, bahkan memberikan perlawanan kepada Israel yang dibantu negara-negara Barat, termasuk AS.
Bahkan Israel mengalami kerugian besar akibat hantaman rudal-rudal Iran, menderita kehancuran.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu blak-blakan mengungkap 15.500 lebih warganya kehilangan tempat tinggal serta 30.000 lebih mengajukan klaim kerugian atas kerusakan tempat tinggal dan barang berharga lainnya.