WASHINGTON, PACMANNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) mulai menunjukkan kekhawatiran serius atas jumlah besar rudal yang digunakan dalam membantu Israel selama konflik bersenjata melawan Iran selama 12 hari.
Ketegangan yang meningkat antara kedua negara Timur Tengah itu membuat AS harus mengerahkan kekuatan militer secara intensif, termasuk sistem pertahanan udara dan rudal jarak jauh.
Penjabat Kepala Operasi Angkatan Laut AS, Laksamana James Kilby, dalam pernyataannya kepada Senat AS pada Selasa (24/6/2025), menyebut kapal-kapal perang Amerika menangkis ribuan serangan rudal dan drone Iran demi melindungi Israel. Namun, menurutnya, tingkat penggunaan rudal tersebut berada di level yang mengkhawatirkan.
"Kapal-kapal perang AS memiliki cukup rudal untuk menangkis serangan Iran ke Israel, namun Amerika Serikat menggunakannya pada tingkat yang mengkhawatirkan," ujarnya.
Kekhawatiran ini mencuat di tengah laporan bahwa militer Israel mulai kehabisan amunisi dan persenjataan utama.
NBC News, mengutip keterangan beberapa sumber pejabat AS, melaporkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kini kekurangan senjata yang memperlemah posisi dalam pertempuran.
Di sisi lain, sumber diplomatik mengindikasikan bahwa kelelahan logistik ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa Israel kini mempertimbangkan gencatan senjata dengan Iran.
Duta Besar Inggris untuk Suriah, Peter Ford, mengatakan kepada media Rusia bahwa gencatan senjata menjadi opsi realistis karena Israel sudah kehabisan kemampuan tempurnya, sedangkan Iran masih memiliki cukup daya untuk melanjutkan perlawanan.
Presiden AS Donald Trump pun mulai menarik dukungan militernya. Dalam percakapan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump menegaskan AS tidak akan membantu Israel menyerang Iran lagi.
Setelah sebelumnya meluncurkan serangan besar ke fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni 2025, Trump menegaskan bahwa Washington kini lebih memilih jalur diplomasi.
Menurut laporan The Washington Post, dalam percakapan itu Trump mengatakan bahwa “militer AS telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan,” dan menyarankan agar Israel menerima usulan gencatan senjata. Netanyahu, meski tidak sepenuhnya senang dengan keputusan itu, akhirnya setuju.